Mengeluh?

Ternyata mencegah diri kita agar tidak mengeluh lebih berat dibandingkan mengeluhkan apa yang kita keluhkan. Ketika kamu merasa tidak ada orang yang tepat untuk menumpahkan segala curahan hati terutama keluhan atau perasaan sedih, kita pasti akan memilih Tuhan sebagai tempat yang paling tepat mencurahkan segala isi hati. Bukankah Tuhan Maha Mendengar? Dia pasti mendengar segala isi hati kita meskipun tidak diungkapkan. Jika kita merasa Tuhan lah pilihan tepat tempat untuk berbagai terutama keluh kesah kita dalam bertahan di dunia yang tidak jelas ini, tetapi saya pernah mendengar bahwa Tuhan tentu akan lebih senang menerima kita saat berdoa jika kita datang pada-Nya dengan tersenyum tanpa ada kata mengeluh. Saya pikir, jika Tuhan maunya begitu tentu kita sebagai hamba yang membutuhkan belas kasihnya harus melaksanakan keinginan Tuhan. Jadi, simpulannya adalah seberat apapun beban yang kita tanggung, tidak pantas bagi kita mengeluh pada Sang Kuasa. Bukankah cobaan yang diberikan oleh Tuhan tidak sebanding dengan besarnya karunia Tuhan yang telah diberikan untuk kita. Sebagai ganti untuk mengeluh memang sebaiknya adalah bersyukur. Rintangan pasti akan berlalu. Sementara karunia-Nya akan terus mengalir bahkan lebih besar jika kita dapat mensyukurinya. 

Terjebak Hujan dalam Mimpi

Namanya juga mimpi, jadi jatohnya aneh dan (pasti) gak mungkin, but I wanna sharing just for you. Kisah mimpi ini berawal dari rumah lama budheku, aku sering nginep disana. Tiba-tiba ada kak Danni dateng mau numpang nginep karena lagi PKL di daerah itu. Kak Danni orangnya ramah dan kocak banget. Pas kita lagi becanda, kak Danni izin keluar sebentar. Eh, pas balik lagi dia bawa cowok ketjeh bingit namanya kak Dennis. Ya ampun, gak salah nih dia kan orang yang bikin aku galau selama 4 tahun terakhir ini. Kak Dennis Cuma duduk di ruangan tengah. Nyapa aku pun enggak. Sudah aku tebak, ini orang masih jutek kayak dulu sejak aku bertemunya pertama kali. Pengen nyapa duluan, tapi langsung inget status dia yang tak jomblo lagi. Ikhlas kok Inshaa Allah ikhlas.. Sama-sama gaul dan kaya. Pasti dua keluarga merestui. Duh, ngomong apasik aku ini. Karena aku bete di kamar gara-gara ada kak Dennis tapi aku gak bisa ngobrol. Akhirnya, aku pilih keluar kamar lanjut ke luar rumah menuju balai desa (sebut saja balai desa, soalnya semalem bingung itu tempat apaan banyak kursinya. Silakan berimajinasi). Ketika keluar kamar, aku dikagetkan oleh kak Dennis yang sedang duduk sembari mengobrol dengan kak Danni di depan kamar. Aku pura-pura gak peduli.
Sampai disana, aku duduk di sebelah perempuan seusiaku tapi lebih tuaan dia. Mwwehehehe. Entah siapa gerangan namanya. Tiba-tiba bangku kosong sebelahku ada yang menduduki.Ternyata yang mendudukinya adalah kak Dennis. Aku mencoba memberanikan diri menyapanya.
“Loh, kak Dennis. Ngapain disini?” *nada jutek*
“Kamu juga ngapain disini?” *ikut2 nada jutek*
“Gak tau. Terserah aku dong.” *masih jutek*
“Yaudah.” *TETEUPPP JUTEK*
Tak disangka, tiba-tiba hujan turun. Angin berhembus kencang menggoyangkan ranting-ranting pohon dengan hebatnya. Seluruh orang yang ada disana lari berhamburan. Aku segera lari menyelamatkan diri menuju rumah budheku. Sampai di tengah jalan, aku teringat kak Dennis. Bagaimana nasibnya? Aku takut dia tak tau jalan pulang. Aku segera berbalik arah menuju tempat itu lagi untuk mencari kak Dennis, tetapi aku malah lupa jalan dan tersesat.
Kemudian adzan subuh memanggilku dari peraduannku untuk menunaikan kewajibanku. Mimpi itu berakhir tragis karena aku tak bisa menyelamatkan orang yang aku sayangi. Ketika pagi tiba, aku menulis ini pun masih dalam kondisi sedih mengenaskan karena masih terbayang bagaimana kondisi kak Dennis yang terjebak hujan. 

Buscar

 

Labels

About

Ma Petit Histoire Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger