Ini soal menghargai

     Tadi aku abis silaturrahmi ke rumah kakaknya mbah uti, terus disana aku ketemu cowok anaknya tuan rumah yang aku kunjungi. Namanya mas Tiar. Sekarang dia udah jadi dokter. Ya walaupun kuliahnya di salah satu PTS mahal di Semarang. Gak kayak aku, aku harus lolos di PTN biar biaya kuliahnya gak terlalu memberatkan orang tua.

      Si tuan rumah nanyain aku, aku lolos di prodi apa di PTN? Lalu aku jawab, Bahasa & Sastra Indonesia. Yang bikin sakit itu, om aku nyeletuk, "Lolos di prioritas ke tiga kan?" aku jawab, "Bukan, aku lolos di prioritas kedua." Terus si tuan rumah nanya, "Emang waktu daftar apa aja urutannya apa aja?" Aku jawab, "Pertama, ekonomi/akuntansi. Kedua, Bahasa & Sastra Indonesia. Nah, ketiga Ekonomi Pembangunan." Mas Tiar bilang, "Padahal Ekonomi Pembangunan lebih bagus lho." Om aku nyeletuk lagi, "Mungkin Sastra Indonesia sedikit peminatnya, makanya kamu lolos." 
Jleb! Sedih gak sih dibilang kayak gitu di depan orang-orang. Sakitnya tuh disini...........
Mas Tiar langsung bilang, "Eh, tapi kalo Presidennya Joko-Wi lagi butuhin Pendidik Bahasa Indonesia. Soalnya, anak SD sekarang harus bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar." Dia langsung mencairkan suasana gitu. 
     Bisa gak sih semua orang menghargai usaha orang lain. Minimal gak usah ngomong sesuatu yang gak perlu. Aku dapat satu kursi di PTN bersyukur banget, sungguh! Dari puluhan ribu orang banyak yang berharap bisa belajar di PTN. Gak usah jauh-jauh deh, banyak temenku gagal. Aku bersyukur banget Allah mengabulkan doa-doaku selama ini. Tujuanku kejar PTN biar bisa nunjukin ke keluarga kalo aku tuh bisa, tapi sebagian dari mereka malah bilang, itu hanya keberuntungan. 
     Emangnya ketok magic apa bisa langsung jadi gitu. Kenapa aku naruh Bahasa & Sastra Indonesia di prioritas kedua dan Ekonomi Pembangunan di prioritas ketiga karena di buku Passing Grade bimbelku peminat Bahasa & Sastra Indonesia lebih banyak dari Ekonomi Pembangunan. Jadi, aku gak sembarangan putusin sesuatu. Jangan mentang-mentang ekonomi, terus lebih hebat dari Bahasa Indonesia gitu?
     Jangan sok tau tentang segalanya, kebanyakan omong malah kamu terlihat bodoh. Berjuang di SBMPTN biar dapetin kursi di PTN tuh kayak lari di atas pecahan kaca. Kalo kamu gak hati-hati, kamu akan terluka oleh pecahan kaca tersebut. Aku seperti orang yang udah berdarah-darah berjuang lewatin pecahan kaca itu tapi gak dihargai. Mungkin mereka akan menghormati aku ketika aku sudah berada diatas mereka. Mereka tidak mau tahu bagaimana sulitnya, sehingga mereka tidak pernah menghargai sesuatu yang bernama perjuangan. Kenyataannya, mereka lebih menghormati orang yang sukses karena kekayaan orangtuanya dibandingkan dengan perjuangannya orang itu sendiri. 
Karena prinsip aku sejak kelas 3 SMA, "PTN itu harga mati!" Tak apa, Tuhan tidak tidur kok. Tuhan lebih menyukai orang yang berusaha dan berdo'a untuk menggapai satu persatu mimpinya.

¡Compártelo!

0 komentar:

Posting Komentar

Buscar

 

Labels

About

Ma Petit Histoire Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger