Manusia Tulus kah Dirimu?

Entah kenapa akhir-akhir ini aku mudah sekali menangis. Lho, bukankah diriku memang tipe orang yang mudah menangis. Aku silakan kalian menyebutku cengeng. Ya memang inilah diriku. Daripada keluh kesahku ku limpahkan dengan misuh-misuh, seringkali seluruh keluh kesahku melebur menjadi tetes-tetes air mata yang mengalir tanpa diminta.

Barangkali aku terlalu capek dengan masalahku, tepatnya pada rutinitasku. Sebenarnya bukan masalah, melainkan banyak kesibukan yang menyita waktuku. Rasa capek itulah kadang membuatku mudah terbawa perasaan; mudah perasa. Sesungguhnya diriku lelah menjadi manusia yang mudah perasa.

Terkadang, aku masih saja mempertanyakan pada diriku sendiri. Mengapa masih ada orang yang percaya padaku; memberikan amanah padaku. Bukan maksudku untuk mengeluh, tapi mereka tahu bahwa aku bukan sepenuhnya orang yang benar-benar kuat seperti yang mereka lihat. Aku sedang berusaha menutupi kesedihanku. Padahal masih banyak orang lain yang tersisa di sana. Mengapa harus aku? Bukankah mereka juga layak dipercaya?


Dan yang paling membuatku gelisah belakangan (dua tahun) ini adalah salah seorang temanku. Aku pernah mengira mungkin dia satu-satunya orang yang paling tulus yang aku kenal. Namun, belakangan ini aku berpikir ulang apa mungkin orang yang tiap ku mintai tolong selalu sulit ini adalah temanku? Manusia yang benar-benar tulus? Aku terus berusaha menyangkal asumsi aneh dari pikiranku. Mulai detik ini harusnya aku sudah mulai sadar. Dia bukan manusia tulus yang aku tunggu. 

¡Compártelo!

0 komentar:

Posting Komentar

Buscar

 

Labels

About

Ma Petit Histoire Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger