Geden & Tata : Run, Run and Run!

         Tata dan Wandi adalah sepasang sahabat. Mereka bersahabat sejak kuliah semester awal. Wandi orangnya agak cupu. Sekian lama bersahabat, Wandi menyimpan benih-benih rasa ke Tata, tetapi berbeda dengan Tata. Tata tidak memiliki rasa pada Wandi. Tata hanya menganggap Wandi sebagai sahabat, tidak lebih karena Tata sejak dahulu sudah menyimpan rasa pada kakak tingkatnya, Geden. Geden adalah cowok populer sejurusannya. Tidak hanya teman-teman cewek sejurusannya saja yang suka padanya, adik-adik cewek tingkatnya pun banyak yang tertarik pada Geden. Tetapi Geden tidak terlalu memikirkannya, dia belum ingin melepas status jomblonya walaupun banyak wanita yang tertarik padanya.
            
         Suatu hari, Wandi mengajak Tata ke suatu café dekat waterboom di kota tempat tinggal mereka. Wandi berniat mengungkapkan seluruh perasaannya ke Tata. Tata mengira Wandi ingin mengajaknya ke café untuk mengerjakan tugas kuliah, tetapi Tata melihat gerak-gerik Wandi berbeda dari biasanya.
            
         Sampailah Tata dan Wandi di sebuah café dekat waterboom dengan masing-masing mengendarai sebuah sepeda. Mereka berdua mencari tempat duduk dekat jendela.

Tata     : “Wan, kita duduk disini aja yak!”
Wandi  : “Iya, Ta. Terserah kamu aja.”
Tata     : “Kamu ngapain sih ngajakin aku kesini? Mau ngerjain tugas? Nih, aku udah bawa netbook sama buku-bukunya.”
Wandi : “Bukan. Ngg.. nggg.. Sebenernya aku ngajakin kamu kesini bukan buat ngerjain tugas.”
Tata     : “Ah, bilang dong dari tadi. Kan aku gak perlu bawa buku seberat ini. Eh, tapi lumayan lah ada wifi gratesss. Terus kamu ngajakin aku kesini dalam rangka apa dong?”
Wandi  : “Gak kok. Gak apa-apa. Jarang-jarang kan aku nraktir kamu? Hehehe.” (gugup)
Tata     : “Oh, kamu abis dapet rezeki? Selamat ya, Wan! Sering-sering juga nraktir.”
Wandi : “Pasti itu, Ta.” (makin gugup)
            
          Beberapa kemudian, datanglah beberapa orang masuk ke café sambil bergurau. Digerombolan itu terlihat Geden. Geden dan teman-temannya duduk di tempat duduk dekat pintu masuk. Tata yang semula sedang asik berwifi ria langsung kaget melihat Geden ada di suatu tempat yang sama dengannya. Tata mematikan netbooknya. Ia langsung diam tak bersuara, di satu sisi ia senang bisa melihat Geden yang jaraknya tidak terlalu jauh darinya. Di sisi yang lain, ia sedih tidak bisa seperti teman-teman Geden yang bisa tertawa dan bergurau bersama Geden. Di gerombolan Geden, ada sosok cewek yang tak asing di mata Tata. Namanya Puspa, cewek cantik nan imut sejurusan dengan Geden. Tata dan Geden tau bahwa Puspa tertarik dengan Geden, tetapi Geden tidak terlalu memperdulikannya. Geden hanya menganggap Puspa sebatas teman saja. Di gerombolan itu, Puspa duduk disamping Geden. Duh, bagaimana dengan perasaan Tata? Secemburu apapun Tata, dia tetap tidak bisa berbuat apa-apa.

Wandi : “Kamu kenapa, Ta?”
Tata : “Enggak apa-apa.” (Meremas-remas tisu dengan geram)
Wandi : “Karena ada Geden ya?”
Tata : “Enggak. Sssstt.. diem! Eh, Wan. Aku boleh minta tolong gak?”
Wandi : “Apa?”
Tata : “Pindah yuk. Ke meja yang itu.” (nunjuk meja dekat meja Geden)
Wandi : “Tuh kan. Geden lagi.. Geden lagi..”
Tata : “Ayolah Wan.. Please..”
Wandi : “Iya.. Iya..”
            
           Akhirnya Tata dan Wandi pindah ke meja dekat meja Geden. Saat Tata dan Wandi akan duduk. Geden dan teman-temannya melihat dengan tampang heran, tetapi Tata dan Wandi tidak terlalu mempedulikannya.

            Di meja Geden dan teman-temannya terjadi percakapan.

Cimon : “Den, lo kapan melepas status jomblo lo?
Geden : “Kapan ya? Hahaha.”
Novi : “Tuh, ada Puspa nganggur. Pacarin gih! Kalian cocok tau.”
Puspa : “Apaan sih lo.” (cengar-cengir)
Geden : (dalam batin Geden) “Ya Allah, pada kepo maksimal banget sih ini”
Gilang : “Jangan pura-pura deh, Puspa. Lo ngarep sama Geden kan?”
Geden : “Sssstt!! Sudah.. sudah makan dulu sanah. Hahaha.”
Novi : “Ini lagi Geden, malah guyon.”
Geden : “Pada peduli banget sih sama gue. Gue bahagia kok dengan kejombloan gue. Gue lagi gak mikirin pacaran dulu. Oke? Jangan dibahas lagi ya.”
Cimon : “Ah, gak seru lo, Den!”
Geden : “Bro & sis, gue pamit ke belakang dulu ya. Kebelet ini.”
Gilang : “Ih, jorok banget lu. Cepetan gih!”
           
         Tata dan Wandi diam tidak bersuara. Keduanya sama-sama sedang asik menyimak percakapan Geden dan teman-temannya. Sekian menit lamanya, Geden tidak kunjung balik lagi ke café. Teman-temannya pun bingung, terlebih Puspa.

Puspa   : “Geden kok lama banget ya?”
Cimon  : “Ciee.. yang nungguin.”
Puspa   : “Ih, bukan gitu. Masa Cuma ke toilet lama banget.”
Gilang  : “Mules kali dia.”
Novi     : “Kita tunggu aja. Kita makan dulu.”
            
          Merasa Geden tidak kunjung balik, Tata ikut merasa khawatir. Tiba-tiba Wandi memulai pembicaraan.

Wandi : “Ta, aku mau ngomong sesuatu.”
Tata     : “Ngomong apa?”
Wandi  : “Sebenernya……….”
Tata     : “Wan, maaf aku izin ke belakang dulu ya bentar.” (nyangking tas)
           
         Wandi gagal menyatakan perasaanya saat itu karena Tata izin ke belakang. Tata sebenernya tidak ke toilet, tetapi ia ingin mencari Geden. Tata sudah mencari ke toilet, tetapi tidak ketemu.
            
          “Atau jangan-jangan.. Kak Geden udah pulang? Hhmm.. Bukan jodoh gue.” batin Tata.
           
        Tata menyerah, ia ingin pulang, tetapi tidak berpamitan pada Wandi. Bukan malas bertemu Wandi, tetapi ia malas bertemu teman-teman Geden yang super kepo itu. Tata meninggalkan café itu, ia berjalan ke arah tempat parkir untuk mengambil sepedanya. Anehnya, Tata meninggalkan jaketnya di keranjang sepedanya. Dan ketika akan pulang, ia melihat jaket kesayangannya itu sudah tidak ada lagi di keranjang sepedanya. Di tempat parkir itu, hanya terlihat seorang  pria yang terlihat kebingungan dan berusaha menyembunyikan wajahnya dekat cindung jaket miliknya. Tata pun memberanikan diri bertanya pada pria tersebut.

Tata                 : “Permisi, mas. Lihat jaket aku gak?”
Pria misterius  : (menggeleng-nggelengkan kepalanya).
Tata                 : “Hih.. mas tau gak? Tadi aku naruhnya disini. Masa bisa ilang? Mas pasti tau kan dimana jaket aku?”
Pria misterius : (tetap menggeleng-nggelengkan kepalanya).
            Karena merasa curiga melihat pria itu memakai jaket berlapis-lapis. Tata memberanikan diri memegang jaket pria itu dan ternyata jaket milik Tata sedang dikenakan oleh pria misterius itu.

Tata                 : “Ini jaket aku!” (menarik-narik jaket miliknya)
Pria misterius  : “Ini punyaku!” (berusaha menyembunyikan wajahnya dibalik cindung jaketnya)
Tata                 : “Sebenernya kamu siapa sih? Kembalikan jaketku!” (menarik cindung jaket pria misterius)
Pria misterius  : (berusaha menyembunyikan wajahnya dibalik cindung jaketnya tetapi gagal)
Tata                 : “KAK GEDEN?!!”
Geden              : “Maaf, ini aku balikin jaket kamu.”
Tata                 : “Kakak kenapa ngumpet kayak gini?”
Geden              : “Aku ngumpet dari temen-temenku. Mereka kepo maksimal! Aku gak kuat ada di dalam. Kamu siapa? Kenal aku?”
Tata                 : “Aku Tata. Satu kampus sama kakak cuma kita beda fakultas.”
Geden              : “Lho kamu kenapa ada disini? Bukanya lagi makan sama pacarmu?”
Tata                 : “Aku pengen pulang. Aura di dalam gak enak. Hah? Pacar? Yang mana kak?”
Geden              : “Itu yang tadi duduk sama kamu, pakai kacamata.”
Tata                 : “Oh, si Wandi. Dia sahabat aku. Aku udah lama sahabatan sama dia.”
Geden              : “Oh, sekarang kamu mau kemana?”
Tata                 : “Kemana aja deh, yang penting jauh dari café ini.”
Gaden              : “Main-main ke waterboom yok, aku nebeng sepedamu boleh?”
Tata                 : “Boleh lah, kak.”

            Tiba-tiba Wandi datang menghampiri Tata dan Geden.

Wandi  : “Tata! Kamu mau kemana?”
Tata     : “Wandi. Maaf, Wan. Aku pengen pulang.”
Wandi  : “Eh, lo yang namanya Geden kan? Noh, lo ditungguin temen-temen lo!”
Geden  : “Iya, eh gue minta tolong jangan bilang ke temen-temen gue kalo gue pulang duluan. Bantuin gue ya, bro!”
Tata     : “Tolongin kak Geden, Wan.. Kasian dia dikepoin terus sama temen-temennya.”
Wandi : “Hhmmm.. demi Tata gue mau deh.”
Tata     : “Hehe. Makasih Wandi.”
Geden  : “Thank bro! Kita pergi dulu ya!”
Wandi : “Eh, eh.. tunggu! Mau kemana kalian?”
Geden  : “Gak jauh-jauh dari sini, kok. Lo tenang aja.”
Wandi : “Jangan-jangan mereka ke Waterboom.” (Batin Wandi)

            Akhirnya Tata dan Geden pergi berdua mengendarai sepeda milik Tata menuju Waterboom. Wandi sedikit kesal dengan Geden. Tapi, Tata terlihat bahagia bersama Geden.

Novi     : “Beneran si Geden keterlaluan ke toiletnya.”
Puspa   : “Kayaknya dia gak ke toilet.”
Gilang  : “Emang kemana, Pus?”
Puspa   : “Yaa.. gak tau. Pokoknya dia pergi ngehindarin kita.”
Cimon  : “Daripada nungguin Geden gak balik-balik. Mendingan kita jalan-jalan ke Waterboom yok. Jarang-jarang kan?”
Puspa   : “Tapi…”
Novi     : “Ayolah Puspa. Siapa tau kita ketemu Geden disana.”
Gilang  : “Lo kira Geden anak kecil yang hobi mainan air sama seluncuran?”
Novi     : “Gue kan bilangnya siapa tau, Lang. Siapa tau.”
Puspa   : “Oke deh.”
Cimon  : “Aseek.. yok!”

            Sampai disana, Tata dan Geden jalan-jalan menikmati pemandangan taman bunga di area waterbooom. Tata gak percaya ini bakal terjadi. Dia bisa sedekat ini dengan Geden. Sedang asik jalan-jalan, Geden dan Tata melihat Wandi sedang mencarinya. Tata dan Geden berbelok arah menghindar dari Wandi. Tidak lama kemudian, Tata melihat teman-teman Geden sedang mencari-cari Geden.

Tata     : “Kak, itu kayaknya temen-temen kakak lagi nyari kakak juga.”
Geden  : “Iya, itu temen-temenku. Bumi sudah tidak aman. Yuk keluar dari sini. (menggandeng tangan Tata)
Tata     : (terkejut melihat  tangannya digandeng).

            Mereka berdua berlari menuju pintu keluar berusaha menghindar dari Wandi dan teman-teman Geden. Tangan Tata tidak lepas dari tangan Geden. Ketika sedang berlari, Tata dan Geden dikejutkan oleh suara memanggil-manggil nama Tata. Ternyata itu suara Amin, teman SMP Tata.

            Tata mengajak Geden menghampiri Amin sebentar. Ternyata disana tidak hanya Amin saja, ada beberapa teman-teman SMP Tata sedang berkumpul.

Amin    : “Tata! Sini!”
Tata     : “Wah.. kalian lagi ngumpul. Jahat ih gak ngajak-ngajak aku.”
Amin    : “Sorry.. sorry. Setau gue kan lo mahasiswi tersibuk, jadi kita gak ngundang-ngundang lo. Ini kan Cuma reuni kecil-kecilan aja. Btw, itu yang disebelah lo siapa? Kenalin ke kita lah.”
Tata     : “Oh iya sampe lupa. Ini kak Geden.”
Amin    : “Pacar lo ya?”
Tata     : “Huss!”
Amin    : “Kok kayaknya kalian tergesa-gesa sih? Kayak lagi dikejar-kejar orang.”
Geden  : “Iya, kita lagi dikejar-kejar kamptip. Hehehe.”
Tata     : “Kita pamit duluan ya.”
Amin    : “Eh, mau kemana lo? Selfie dulu keleuss.”
Tata     : “Ya ampun. Oke.. oke.”

            Akhirnya Tata dan Geden berhasil keluar dari Waterboom itu. Geden mengayuh sepeda dengan cepat menuju kos-kosan Tata karena hari sudah mulai sore. Akibat peristiwa tersebut, Tata dan Geden menjadi lebih dekat satu sama lain.

Wee Bee

Tiba-tiba kangen jaman SD. Jaman kita masih unyu seunyu-unyunya. Kali ini aku mau cerita tentang temen SDku yang cowok, namanya Wibi. Aku kenal dia dan langsung deket  sejak kelas 4 SD. Wibi tuh anak pindahan gak tau pindahan dari mana, tapi kayaknya sih dari Semarang. Waktu kelas 4 SD, aku duduk sebangku sama Riris, terus Wibi duduknya sama Soni. Seperti biasa, dari kelas 1 sampe kelas 3 teman sebangku kita selalu dibikin cowok-cewek. Jadi, duduknya cowok-cewek gitu. Hari pertama masuk kelas 4 masih semester 1 dan kebetulan Wibi baru masuk. Belum sejam aku duduk sama Riris. EH MASA AKU DUDUK SAMA WIBI??!!! Belum juga kenal cyinnn..

Aku gak inget gimana pertama kita kenalan. Pokoknya dia tuh putih, mayan cakep, lucu, kayak Mr.Bean, suka aku kerjain sampe aku ngakak. Yang masih aku inget dulu pas pelajaran bahasa Indonesia, kita sekelas dibagiin buku BSE Bahasa Indonesia satu buku untuk satu meja. Kita disuruh baca teks di salah satu halamannya, karena mejanya kejauhan dan ketinggian, aku bacanya sambil berdiri biar nyampe. Tiba-tiba guru killer ngomong, “Ehem! Sama-sama berdiri.” Secara aku lagi berdiri, tuh guru killer pasti lagi nyindir aku. Aku bingung kan “sama-sama berdiri,” nah siapa tuh yang lagi berdiri juga. EH TAUNYA SI WIBI SAMPING AKU IKUT BERDIRI! Ya ampun malu banget.

Namanya juga temen SD ya pastinya kangen pingin ketemu. Aku tuh bisa dibilang temen duduk paling kejem sedunia. Wibi emang langganan telat, dia selalu masuk ke kelas paling telat. Karena suka telat, aku sering ngerjain dia. Bukan ngerjain yang jahat loh. Emangnya eyke cewek apaan cyiin.. Ngerjainnya pokoknya lucu. Kalo dia mau duduk sama aku, dia harus nurut sama permintaanku. Kadang aku suruh dia joged di depan aku, aku suruh dia toss sama temen-temen, aku suruh dia janji gak bakal telat lagi walaupun gak pernah ditepatin, yang paling parah aku pernah nyuruh dia cipika-cipiki sama cowok! Yassalaaam maapin Yunita ya, Wib! =))))

Eh, tapi aku setiap hari baik kok sama Wibi, Wibi juga baik. Kita tetep kompak jadi temen sebangku. Kalo Wibi gak paham sama pelajaran, aku yang ngajarin dia. Kalo inget jaman-jaman SD pengen diulang. Pengen banget ngerjain Wibi lagi. Kwkwkwkwkw.. Pas semester 2, ada murid baru lagi cewek, namanya Farah. Namanya juga Wibi, dia tuh kayaknya jago ngegombal. Waktu Farah baru masuk juga sok caper gitu. Idih, aku rada sebel sih soalnya takut Wibi gak kompak lagi. Mana si Farah duduknya depan aku sama Wibi. Farah duduknya sama Soni. Jadi, kalo ada kelompok biasanya aku & Wibi satu kelompok bareng Soni & Farah.

Oiya, Riris pernah punya rencana ngaduin aku yang suka ngerjain Wibi ke kakaknya Wibi. Kebetulan kakaknya Wibi juga pindahan, kelas 5 SD. Tapi gak tau kenapa Riris gak jadi ngaduin, padahal aku udah siap-siap loh kena semprot orang. AAAKKK.. Wibi nya aja gapapa kok, kok Riris yang sewot. Wibi gak pernah marah ataupun balas dendam sama kejailan aku. Pokoknya baik pake BE GE TEHH!!

Semester 2 hampir berakhir. Yahh.. ngerasa bakal gak bisa seru-seruan lagi bareng Wibi. Huhuhu. Abis kenaikan kelas dapet kabar katanya Wibi gak naik kelas. Berarti dia bakal jadi adek kelas aku dong? YAHHH kenapa? Iya sih, Wibi tuh agak kurang dalam pelajaran. Padahal tiap hari aku omelin kalo gak ngerjain PR. Kan aku udah jadi anak kelas 5 SD tuh, Wibi masih kelas 4 SD. Yang biasanya ketemu tiap hari jadi jarang, soalnya beda kelas. Gak sengaja kita berdua ketemu di depan kantin. Bukannya akur malah ribut. Aku nya sok jaim, hehehe. Kita berdua dimarahin ibu yang punya kantin.

Kalo dipikir-pikir si Wibi mirip sama Rafi Ahmad, tapi kalo diliat-liat enggak. Oke fix, segitu dulu ye kisah tentang Wee bee. Kalo kalian ketemu Wibi plis jangan minta foto atau tanda tangan. HWEHEHEHEHE. Bye~

Bertahan

Beberapa bulan yang lalu, aku ikut kuis bikin karangan temanya "I will Survive" yang diadakan penulis novel terkenal Fahd Djibran & musisi idolaku sepanjang masa Bondan Prakoso. Hehe maap yak aku menang dapet hadiah CD terbaru kak Bondzoo.
Aku repost agi nih tulisanku yang amazing acak kadut berdasarkan pengalaman pribadi tentunya. Mudh-mudahan bermanfaat. Cheers! \o/

Bertahan. Sebuah kata yang sering kita ucapkan dan tidak asing di telinga kita tetapi sulit untuk dilakukan. Saat ini aku benar-benar merasakan bagaimana rasanya bertahan. Namaku Yunita. Usiaku 17 tahun. Sejak kecil saya sudah memiliki banyak mimpi. Entah berapa banyak mimpiku jika ditumpuk satu persatu.  Saat ini aku duduk di kelas 12 di salah satu SMA Negeri di pelosok Jawa Tengah. Jika banyak orang yang bilang kalau masa-masa SMA adalah masa-masa terindah. Bagiku tidak, masa-masa SMA adalah masa-masa perjuangan. Jika boleh jujur, aku tidak betah menjadi siswa kelas 12 SMA yang takut dengan Ujian Nasional. Aku tidak betah menjadi anak sekolah yang berangkat pukul 6 pagi dan pulang pukul 6 petang hanya untuk belajar. Aku juga tidak betah dengan sebagian teman-teman satu kelasku yang suka meremehkan orang lain. Mereka tidak pernah mengajak aku berbicara seolah-olah aku tidak ada wujudnya. Ketika aku sedang maju di depan kelas untuk sekedar membaca puisi atau mengerjakan soal di papan tulis, mereka diam-diam menertawakanku tanpa sebab. Aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk membalas mereka. Jika aku jadi anak pemilik sekolah mungkin aku sudah menendang mereka dari sekolah. Tapi siapalah aku? Terkadang aku ingin membalas semua perbuatan mereka, tetapi percuma jika kejahatan dibalas dengan kejahatan tidak akan pernah ada habisnya.
Kalian tahu apa itu SNMPTN Undangan? SNMPTN Undangan yaitu jalur masuk Perguruan Tinggi tanpa tes dan ini berlaku untuk semua siswa kelas 12. Aku tidak hanya bersaing dengan teman-teman satu kelas atau pun satu sekolahku tetapi bersaing dengan satu Indonesia. Aku sempat berpikir, jika semakin banyak siswa yang ikut SNMPTN Undangan maka peluang tidak lolos semakin besar pula. Anak yang memiliki otak pas-pasan seperti aku ini, masalah seperti ini jadi masalah serius bagiku.  Aku pernah mengikuti acara Bedah Kampus, kebetulan aku bertemu dengan mahasiswa jurusan Hukum salah satu Perguruan Tingi di Jawa Tengah. Aku bertanya padanya, “Kak, bagaimana jika aku tidak lolos Undangan?” Kakak itu menjawab, “Masih banyak jalur masuk Perguruan Tinggi dek, masih ada SBMPTN dan UM. Jangan nyerah.” Karena aku sadar masuk Perguruan Tinggi tidak hanya bisa lewat jalur SNMPTN Undangan saja. Sejak saat itu aku mulai rajin berlatih soal-soal SBMPTN. Aku teringat peribahasa “Sedia payung sebelum hujan.” Aku berjaga-jaga apabila nanti tidak lolos SNMPTN Undangan, aku tidak kaget karena sudah menyiapkan senjata sebelumnya.
Terkadang aku iri dengan teman-temanku yang dimanjakan dengan gadget-gadget canggih oleh orang tuanya. Sejak kecil aku diajarkan menabung oleh ayahku. Beliau selalu mengajarkan untuk membeli kebutuhan-kebutuhan yang lebih diutamakan daripada yang tidak penting. Aku pernah meminta ayahku untuk membelikan sebuah gadget sampai mataku sembab tetapi ayah hanya bisa berjanji. Aku teringat sahabatku, ayahnya belum memiliki uang untuk membelikannya motor untuk berangkat ke sekolah tetapi ia semangat berangkat ke sekolah dan tidak mengeluh bahkan ia berprestasi di sekolah. Ayahku membelikanku sebuah sepeda motor untuk aku agar aku semangat berangkat ke sekolah dan mendaftarkanku ke lembaga bimbingan belajar agar aku bisa belajar dengan mudah. Seharusnya aku bersyukur atas apa yang aku miliki. Ayah pernah bilang, “jika kamu sukses nanti, kamu bisa beli semua isi di dunia ini yang kamu mau.” Ayah selalu memberikan nasihat agar aku terus berjuang tanpa berhenti berdo’a. Ayah adalah alasanku bertahan. Dari semua orang yang meremehkanku, persaingan merebut bangku PTN, dan bertahan menjadi siswa kelas 12 yang kuat. Jika aku menyerah, semua mimpi-mimpi yang aku tumpuk akan sia-sia jika tidak diwujudkan dan diperjuangkan. Kemarin aku menangis, seperti biasa mataku sembab esok paginya. Aku menangis karena aku merasa beban yang pikul terlalu berat. Masalah satu selesai, masalah-masalah selanjutnya datang. Mau marah sama orang lain, mereka tidak salah apa-apa. Mau marah sama Tuhan, tetapi aku takut. Akhirnya marah sama diri sendiri kenapa tidak bisa jadi manusia yang kuat. Aku menangis terisak sambil belajar Matematika karena besok ada ulangan Matematika. Selesai belajar, seperti biasa aku mendengarkan musik. Jika aku mendengarkan lagu, aku sangat suka menghayati liriknya. Seperti kata kak Bondan Prakoso, lirik adalah do’a. Semua hal positif akan balik ke kita lagi.
hari ini aku di sini
berjuang untuk bertahan
padamkan luka dan beban yang ada
yang tlah membakar seluruh jiwa
kucoba resapi kucoba selami
segala yang tlah terjadi
ku ambil hikmahnya
rasakan nikmatnya
dan kucoba untuk hadapi

I will survive, I will revive
I won't surrender and stay alive
kau berikan kekuatan
untuk lewati semua ini

hari ini kan kupastikan
aku masih ada disini
mencoba lepaskan, coba bebaskan
segala rasa perih di hati
kucoba resapiku, coba hayati
segala yang tlah terjadi
ku ambil hikmahnya, rasakan nikmatnya
dan kucoba untuk hadapi

and I will survive, I will revive
I won't surrender and stay alive
kauberikan kekuatan
'tuk lewati semua ini

Engkau slalu ada
di saat jiwaku rapuh, di kalaku jatuh
and I want you to know
that I will fight to survive,
I will not give up, I will not give in,
I'll stay alive for you... for you... for You...

I will survive, I will revive
I won't surrender and stay alive

I will survive, I will revive
getting stronger to stay alive
kau berikan aku kekuatan
'tuk lewati semua ini

I will survive, I will revive
getting BIGGER... bigger than life
Engkau Yang Esa, Yang Perkasa
You give me reason to survive

Setelah mendengar musik dan lirik lagu “I will survive,” aku merasa lebih tenang dan berpikir gak ada gunanya nangis. Aku berpikir, semua orang memiliki masalah tidak hanya aku saja. Orang lain bisa bertahan. Kenapa aku tidak? Ada yang memiliki masalah lebih besar dari aku, tapi mereka tetap bertahan.  Aku percaya, Tuhan sudah mempersiapkan kebahagian untuk siapa yang mau bersabar. Setiap masalah selalu ada solusinya, setiap masalah selalu ada hikmahnya. Ambil hikmah dan belajar dari masalah yang ada. Seperti yang sudah ditulis oleh Bondan Prakoso pada lirik lagu “I will Survive”.  Menyerah bukan jalan keluarnya. Aku sudah melangkah jauh, beberapa bulan lagi aku akan menghadapi Ujian Nasional. Yang harus aku lakukan adalah terus bertahan dan berjuang agar segala harapanku bisa terwujud. Aku bisa lulus dengan nilai sesuai harapan dan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berusaha menghormati dan tidak menghiraukan orang-orang yang meremehkanku dan mendo’akan mereka agar suatu saat nanti mereka bisa melihatku lebih sukses dari mereka. Berjanji pada diri sendiri akan selalu bertahan dan tidak akan menyerah. Karena menyerah hanya untuk orang-orang yang lemah.

 Ini ceritaku. Bagaimana ceritamu?

Love,
Yunita

How about Me?


Lagi bete malem-malem, iseng buka facebook di beranda ada temen yang ngepost link cara mengetahui kepribadian. Iseng-iseng aku klik linknya, jawab pertanyaan-pertanyaan yang disuruh jawab. Ini dia hasilnyaaaahhh~

Tipe Pemikir Mandiri adalah orang-orang yang analitis dan jenaka. Mereka biasanya percaya diri dan tidak membiarkan diri terganggu oleh konflik dan kritik. Mereka sangat sadar akan kekuatan mereka sendiri dan tidak ragu akan kemampuan mereka. Orang-orang bertipe kepribadian ini biasanya sangat sukses dalam karir karena mereka memiliki baik kompetensi maupun tekad. Tipe Pemikir Mandiri adalah ahli strategi ulung; logika, sistematika, dan pertimbangan teoritis adalah dunia mereka. Mereka haus pengetahuan dan selalu berusaha mengembangkan dan menyempurnakan pengetahuan mereka di bidang mana pun yang menarik minat mereka. Berpikir abstrak adalah kemampuan alami bagi mereka; ilmuwan dan spesialis komputer biasanya dari tipe ini.
Emang bener sih aku itu orangnya bisa dibilang lucu, suka bikin orang ketawa. Menurutku sifat lucuku ini nurun dari Mamaku. Eit, salah tuh! Aku tuh kalo dikritik sedikit langsung kepikiran sampe kurus (?) Kalo dibilang percaya diri sama kemampuan sendiri itu betul banget. Kita sama-sama manusia, sama-sama makan nasi kan? Ehehehe. Iya dong, punya tekad itu harus! Widih!! Ahli strategi ulung. Kkkk~ Aamiin.. aamiin diaaminin aja.
Tipe Pemikir Mandiri adalah spesialis pada bidang mereka. Pengembangan ide dan visi penting bagi mereka; mereka senang bersikap seluwes mungkin dan, idealnya, senang bisa bekerja sendiri karena mereka sering merasa tersiksa harus menjelaskan runutan pemikiran mereka yang kompleks kepada orang lain. Tipe Pemikir Mandiri tidak tahan dengan rutinitas. Begitu mereka menganggap sebuah ide bagus, sulit membuat mereka menyerah; mereka mengejar pelaksanaan ide itu dengan keras kepala dan gigih, sekalipun ada perlawanan dari luar.
Aku tuh orangnya ceplas-ceplos loh sebenernya. Aku lebih suka bekerja sendiri kurang lebihnya sih ya habis gimana dong? Gapapa kan suka kerja sendiri? :))) karena sering merasa tersiksa harus menjelaskan runutan pemikiran mereka yang kompleks kepada orang lain. Aku kalo udah punya keinginan harus direalisasikan. Mau itu nanti atau kapan-kapan, yang penting kudu dilakuin.
Pemikir Mandiri bukan tipe yang mudah keluar dari cangkangnya. Membicarakan kehidupan emosional juga bukan salah satu kekuatan mereka. Lagipula, hubungan sosial tidak terlalu penting bagi mereka; mereka sudah puas hanya dengan beberapa teman dekat yang dianggap mudah untuk berbagi dunia cendekia mereka. Mereka sulit membuat hubungan-hubungan baru. Dalam asmara, mereka membutuhkan banyak ruang dan kemandirian namun ini bukan berarti pasangan mereka tidak penting bagi mereka. Tipe Pemikir Mandiri biasanya memberi kesan dingin dan pendiam bagi orang lain; namun kesan ini menipu: mereka tidak tahan jika orang-orang yang dekat dengan mereka menolak mereka. Mereka lebih suka hubungan harmonis yang seimbang dengan pasangan yang memiliki minat serupa dan yang dengannya mereka dapat mewujudkan visi-visi mereka.
Aku juga bisa dibilang susah/lama beradaptasi. HEHEHE iya sehhh gak terlalu penting, gak penting punya temen banyak kalo kita gak bahagia. Lebih suka punya beberapa temen tapi mereka peduli sama kita. Kalo kamu baru kenal aku pasti kesan kalian, aku tuh orangnya pendiem, kaku atau apalah. Tapi, kalo udah kenal bakal nyesel pernah bilang aku pendiem. Itu hasil penelitian yang aku observasi lewat temen-temenku.

Btw, hasilnya hampir 100% sih, tapi gak tepat 100% juga lah.. Yang positif diterusin, yang gak baik mudah-mudahan gak berlanjut. Xoxoxoxoo...
Sampai jumpa pada kesempatan berikutnya. Salam olahraaga!

Buscar

 

Labels

About

Ma Petit Histoire Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger