Geden & Tata : Run, Run and Run!

         Tata dan Wandi adalah sepasang sahabat. Mereka bersahabat sejak kuliah semester awal. Wandi orangnya agak cupu. Sekian lama bersahabat, Wandi menyimpan benih-benih rasa ke Tata, tetapi berbeda dengan Tata. Tata tidak memiliki rasa pada Wandi. Tata hanya menganggap Wandi sebagai sahabat, tidak lebih karena Tata sejak dahulu sudah menyimpan rasa pada kakak tingkatnya, Geden. Geden adalah cowok populer sejurusannya. Tidak hanya teman-teman cewek sejurusannya saja yang suka padanya, adik-adik cewek tingkatnya pun banyak yang tertarik pada Geden. Tetapi Geden tidak terlalu memikirkannya, dia belum ingin melepas status jomblonya walaupun banyak wanita yang tertarik padanya.
            
         Suatu hari, Wandi mengajak Tata ke suatu café dekat waterboom di kota tempat tinggal mereka. Wandi berniat mengungkapkan seluruh perasaannya ke Tata. Tata mengira Wandi ingin mengajaknya ke café untuk mengerjakan tugas kuliah, tetapi Tata melihat gerak-gerik Wandi berbeda dari biasanya.
            
         Sampailah Tata dan Wandi di sebuah café dekat waterboom dengan masing-masing mengendarai sebuah sepeda. Mereka berdua mencari tempat duduk dekat jendela.

Tata     : “Wan, kita duduk disini aja yak!”
Wandi  : “Iya, Ta. Terserah kamu aja.”
Tata     : “Kamu ngapain sih ngajakin aku kesini? Mau ngerjain tugas? Nih, aku udah bawa netbook sama buku-bukunya.”
Wandi : “Bukan. Ngg.. nggg.. Sebenernya aku ngajakin kamu kesini bukan buat ngerjain tugas.”
Tata     : “Ah, bilang dong dari tadi. Kan aku gak perlu bawa buku seberat ini. Eh, tapi lumayan lah ada wifi gratesss. Terus kamu ngajakin aku kesini dalam rangka apa dong?”
Wandi  : “Gak kok. Gak apa-apa. Jarang-jarang kan aku nraktir kamu? Hehehe.” (gugup)
Tata     : “Oh, kamu abis dapet rezeki? Selamat ya, Wan! Sering-sering juga nraktir.”
Wandi : “Pasti itu, Ta.” (makin gugup)
            
          Beberapa kemudian, datanglah beberapa orang masuk ke café sambil bergurau. Digerombolan itu terlihat Geden. Geden dan teman-temannya duduk di tempat duduk dekat pintu masuk. Tata yang semula sedang asik berwifi ria langsung kaget melihat Geden ada di suatu tempat yang sama dengannya. Tata mematikan netbooknya. Ia langsung diam tak bersuara, di satu sisi ia senang bisa melihat Geden yang jaraknya tidak terlalu jauh darinya. Di sisi yang lain, ia sedih tidak bisa seperti teman-teman Geden yang bisa tertawa dan bergurau bersama Geden. Di gerombolan Geden, ada sosok cewek yang tak asing di mata Tata. Namanya Puspa, cewek cantik nan imut sejurusan dengan Geden. Tata dan Geden tau bahwa Puspa tertarik dengan Geden, tetapi Geden tidak terlalu memperdulikannya. Geden hanya menganggap Puspa sebatas teman saja. Di gerombolan itu, Puspa duduk disamping Geden. Duh, bagaimana dengan perasaan Tata? Secemburu apapun Tata, dia tetap tidak bisa berbuat apa-apa.

Wandi : “Kamu kenapa, Ta?”
Tata : “Enggak apa-apa.” (Meremas-remas tisu dengan geram)
Wandi : “Karena ada Geden ya?”
Tata : “Enggak. Sssstt.. diem! Eh, Wan. Aku boleh minta tolong gak?”
Wandi : “Apa?”
Tata : “Pindah yuk. Ke meja yang itu.” (nunjuk meja dekat meja Geden)
Wandi : “Tuh kan. Geden lagi.. Geden lagi..”
Tata : “Ayolah Wan.. Please..”
Wandi : “Iya.. Iya..”
            
           Akhirnya Tata dan Wandi pindah ke meja dekat meja Geden. Saat Tata dan Wandi akan duduk. Geden dan teman-temannya melihat dengan tampang heran, tetapi Tata dan Wandi tidak terlalu mempedulikannya.

            Di meja Geden dan teman-temannya terjadi percakapan.

Cimon : “Den, lo kapan melepas status jomblo lo?
Geden : “Kapan ya? Hahaha.”
Novi : “Tuh, ada Puspa nganggur. Pacarin gih! Kalian cocok tau.”
Puspa : “Apaan sih lo.” (cengar-cengir)
Geden : (dalam batin Geden) “Ya Allah, pada kepo maksimal banget sih ini”
Gilang : “Jangan pura-pura deh, Puspa. Lo ngarep sama Geden kan?”
Geden : “Sssstt!! Sudah.. sudah makan dulu sanah. Hahaha.”
Novi : “Ini lagi Geden, malah guyon.”
Geden : “Pada peduli banget sih sama gue. Gue bahagia kok dengan kejombloan gue. Gue lagi gak mikirin pacaran dulu. Oke? Jangan dibahas lagi ya.”
Cimon : “Ah, gak seru lo, Den!”
Geden : “Bro & sis, gue pamit ke belakang dulu ya. Kebelet ini.”
Gilang : “Ih, jorok banget lu. Cepetan gih!”
           
         Tata dan Wandi diam tidak bersuara. Keduanya sama-sama sedang asik menyimak percakapan Geden dan teman-temannya. Sekian menit lamanya, Geden tidak kunjung balik lagi ke café. Teman-temannya pun bingung, terlebih Puspa.

Puspa   : “Geden kok lama banget ya?”
Cimon  : “Ciee.. yang nungguin.”
Puspa   : “Ih, bukan gitu. Masa Cuma ke toilet lama banget.”
Gilang  : “Mules kali dia.”
Novi     : “Kita tunggu aja. Kita makan dulu.”
            
          Merasa Geden tidak kunjung balik, Tata ikut merasa khawatir. Tiba-tiba Wandi memulai pembicaraan.

Wandi : “Ta, aku mau ngomong sesuatu.”
Tata     : “Ngomong apa?”
Wandi  : “Sebenernya……….”
Tata     : “Wan, maaf aku izin ke belakang dulu ya bentar.” (nyangking tas)
           
         Wandi gagal menyatakan perasaanya saat itu karena Tata izin ke belakang. Tata sebenernya tidak ke toilet, tetapi ia ingin mencari Geden. Tata sudah mencari ke toilet, tetapi tidak ketemu.
            
          “Atau jangan-jangan.. Kak Geden udah pulang? Hhmm.. Bukan jodoh gue.” batin Tata.
           
        Tata menyerah, ia ingin pulang, tetapi tidak berpamitan pada Wandi. Bukan malas bertemu Wandi, tetapi ia malas bertemu teman-teman Geden yang super kepo itu. Tata meninggalkan café itu, ia berjalan ke arah tempat parkir untuk mengambil sepedanya. Anehnya, Tata meninggalkan jaketnya di keranjang sepedanya. Dan ketika akan pulang, ia melihat jaket kesayangannya itu sudah tidak ada lagi di keranjang sepedanya. Di tempat parkir itu, hanya terlihat seorang  pria yang terlihat kebingungan dan berusaha menyembunyikan wajahnya dekat cindung jaket miliknya. Tata pun memberanikan diri bertanya pada pria tersebut.

Tata                 : “Permisi, mas. Lihat jaket aku gak?”
Pria misterius  : (menggeleng-nggelengkan kepalanya).
Tata                 : “Hih.. mas tau gak? Tadi aku naruhnya disini. Masa bisa ilang? Mas pasti tau kan dimana jaket aku?”
Pria misterius : (tetap menggeleng-nggelengkan kepalanya).
            Karena merasa curiga melihat pria itu memakai jaket berlapis-lapis. Tata memberanikan diri memegang jaket pria itu dan ternyata jaket milik Tata sedang dikenakan oleh pria misterius itu.

Tata                 : “Ini jaket aku!” (menarik-narik jaket miliknya)
Pria misterius  : “Ini punyaku!” (berusaha menyembunyikan wajahnya dibalik cindung jaketnya)
Tata                 : “Sebenernya kamu siapa sih? Kembalikan jaketku!” (menarik cindung jaket pria misterius)
Pria misterius  : (berusaha menyembunyikan wajahnya dibalik cindung jaketnya tetapi gagal)
Tata                 : “KAK GEDEN?!!”
Geden              : “Maaf, ini aku balikin jaket kamu.”
Tata                 : “Kakak kenapa ngumpet kayak gini?”
Geden              : “Aku ngumpet dari temen-temenku. Mereka kepo maksimal! Aku gak kuat ada di dalam. Kamu siapa? Kenal aku?”
Tata                 : “Aku Tata. Satu kampus sama kakak cuma kita beda fakultas.”
Geden              : “Lho kamu kenapa ada disini? Bukanya lagi makan sama pacarmu?”
Tata                 : “Aku pengen pulang. Aura di dalam gak enak. Hah? Pacar? Yang mana kak?”
Geden              : “Itu yang tadi duduk sama kamu, pakai kacamata.”
Tata                 : “Oh, si Wandi. Dia sahabat aku. Aku udah lama sahabatan sama dia.”
Geden              : “Oh, sekarang kamu mau kemana?”
Tata                 : “Kemana aja deh, yang penting jauh dari café ini.”
Gaden              : “Main-main ke waterboom yok, aku nebeng sepedamu boleh?”
Tata                 : “Boleh lah, kak.”

            Tiba-tiba Wandi datang menghampiri Tata dan Geden.

Wandi  : “Tata! Kamu mau kemana?”
Tata     : “Wandi. Maaf, Wan. Aku pengen pulang.”
Wandi  : “Eh, lo yang namanya Geden kan? Noh, lo ditungguin temen-temen lo!”
Geden  : “Iya, eh gue minta tolong jangan bilang ke temen-temen gue kalo gue pulang duluan. Bantuin gue ya, bro!”
Tata     : “Tolongin kak Geden, Wan.. Kasian dia dikepoin terus sama temen-temennya.”
Wandi : “Hhmmm.. demi Tata gue mau deh.”
Tata     : “Hehe. Makasih Wandi.”
Geden  : “Thank bro! Kita pergi dulu ya!”
Wandi : “Eh, eh.. tunggu! Mau kemana kalian?”
Geden  : “Gak jauh-jauh dari sini, kok. Lo tenang aja.”
Wandi : “Jangan-jangan mereka ke Waterboom.” (Batin Wandi)

            Akhirnya Tata dan Geden pergi berdua mengendarai sepeda milik Tata menuju Waterboom. Wandi sedikit kesal dengan Geden. Tapi, Tata terlihat bahagia bersama Geden.

Novi     : “Beneran si Geden keterlaluan ke toiletnya.”
Puspa   : “Kayaknya dia gak ke toilet.”
Gilang  : “Emang kemana, Pus?”
Puspa   : “Yaa.. gak tau. Pokoknya dia pergi ngehindarin kita.”
Cimon  : “Daripada nungguin Geden gak balik-balik. Mendingan kita jalan-jalan ke Waterboom yok. Jarang-jarang kan?”
Puspa   : “Tapi…”
Novi     : “Ayolah Puspa. Siapa tau kita ketemu Geden disana.”
Gilang  : “Lo kira Geden anak kecil yang hobi mainan air sama seluncuran?”
Novi     : “Gue kan bilangnya siapa tau, Lang. Siapa tau.”
Puspa   : “Oke deh.”
Cimon  : “Aseek.. yok!”

            Sampai disana, Tata dan Geden jalan-jalan menikmati pemandangan taman bunga di area waterbooom. Tata gak percaya ini bakal terjadi. Dia bisa sedekat ini dengan Geden. Sedang asik jalan-jalan, Geden dan Tata melihat Wandi sedang mencarinya. Tata dan Geden berbelok arah menghindar dari Wandi. Tidak lama kemudian, Tata melihat teman-teman Geden sedang mencari-cari Geden.

Tata     : “Kak, itu kayaknya temen-temen kakak lagi nyari kakak juga.”
Geden  : “Iya, itu temen-temenku. Bumi sudah tidak aman. Yuk keluar dari sini. (menggandeng tangan Tata)
Tata     : (terkejut melihat  tangannya digandeng).

            Mereka berdua berlari menuju pintu keluar berusaha menghindar dari Wandi dan teman-teman Geden. Tangan Tata tidak lepas dari tangan Geden. Ketika sedang berlari, Tata dan Geden dikejutkan oleh suara memanggil-manggil nama Tata. Ternyata itu suara Amin, teman SMP Tata.

            Tata mengajak Geden menghampiri Amin sebentar. Ternyata disana tidak hanya Amin saja, ada beberapa teman-teman SMP Tata sedang berkumpul.

Amin    : “Tata! Sini!”
Tata     : “Wah.. kalian lagi ngumpul. Jahat ih gak ngajak-ngajak aku.”
Amin    : “Sorry.. sorry. Setau gue kan lo mahasiswi tersibuk, jadi kita gak ngundang-ngundang lo. Ini kan Cuma reuni kecil-kecilan aja. Btw, itu yang disebelah lo siapa? Kenalin ke kita lah.”
Tata     : “Oh iya sampe lupa. Ini kak Geden.”
Amin    : “Pacar lo ya?”
Tata     : “Huss!”
Amin    : “Kok kayaknya kalian tergesa-gesa sih? Kayak lagi dikejar-kejar orang.”
Geden  : “Iya, kita lagi dikejar-kejar kamptip. Hehehe.”
Tata     : “Kita pamit duluan ya.”
Amin    : “Eh, mau kemana lo? Selfie dulu keleuss.”
Tata     : “Ya ampun. Oke.. oke.”

            Akhirnya Tata dan Geden berhasil keluar dari Waterboom itu. Geden mengayuh sepeda dengan cepat menuju kos-kosan Tata karena hari sudah mulai sore. Akibat peristiwa tersebut, Tata dan Geden menjadi lebih dekat satu sama lain.

¡Compártelo!

0 komentar:

Posting Komentar

Buscar

 

Labels

About

Ma Petit Histoire Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger