Tata dan Wandi adalah sepasang sahabat. Mereka bersahabat
sejak kuliah semester awal. Wandi orangnya agak cupu. Sekian lama bersahabat,
Wandi menyimpan benih-benih rasa ke Tata, tetapi berbeda dengan Tata. Tata
tidak memiliki rasa pada Wandi. Tata hanya menganggap Wandi sebagai sahabat,
tidak lebih karena Tata sejak dahulu sudah menyimpan rasa pada kakak tingkatnya,
Geden. Geden adalah cowok populer sejurusannya. Tidak hanya teman-teman cewek sejurusannya
saja yang suka padanya, adik-adik cewek tingkatnya pun banyak yang tertarik
pada Geden. Tetapi Geden tidak terlalu memikirkannya, dia belum ingin melepas
status jomblonya walaupun banyak wanita yang tertarik padanya.
Suatu hari,
Wandi mengajak Tata ke suatu café dekat waterboom di kota tempat tinggal
mereka. Wandi berniat mengungkapkan seluruh perasaannya ke Tata. Tata mengira
Wandi ingin mengajaknya ke café untuk mengerjakan tugas kuliah, tetapi Tata melihat
gerak-gerik Wandi berbeda dari biasanya.
Sampailah
Tata dan Wandi di sebuah café dekat waterboom dengan masing-masing mengendarai
sebuah sepeda. Mereka berdua mencari tempat duduk dekat jendela.
Tata : “Wan, kita
duduk disini aja yak!”
Wandi : “Iya, Ta.
Terserah kamu aja.”
Tata : “Kamu ngapain
sih ngajakin aku kesini? Mau ngerjain tugas? Nih, aku udah bawa netbook sama
buku-bukunya.”
Wandi : “Bukan. Ngg.. nggg.. Sebenernya aku ngajakin kamu
kesini bukan buat ngerjain tugas.”
Tata : “Ah, bilang dong
dari tadi. Kan aku gak perlu bawa buku seberat ini. Eh, tapi lumayan lah ada wifi gratesss. Terus kamu ngajakin aku
kesini dalam rangka apa dong?”
Wandi : “Gak kok. Gak
apa-apa. Jarang-jarang kan aku nraktir kamu? Hehehe.” (gugup)
Tata : “Oh, kamu
abis dapet rezeki? Selamat ya, Wan! Sering-sering juga nraktir.”
Wandi : “Pasti itu, Ta.” (makin
gugup)
Beberapa
kemudian, datanglah beberapa orang masuk ke café sambil bergurau. Digerombolan
itu terlihat Geden. Geden dan teman-temannya duduk di tempat duduk dekat pintu
masuk. Tata yang semula sedang asik berwifi
ria langsung kaget melihat Geden ada di suatu tempat yang sama dengannya.
Tata mematikan netbooknya. Ia langsung diam tak bersuara, di satu sisi ia
senang bisa melihat Geden yang jaraknya tidak terlalu jauh darinya. Di sisi
yang lain, ia sedih tidak bisa seperti teman-teman Geden yang bisa tertawa dan
bergurau bersama Geden. Di gerombolan Geden, ada sosok cewek yang tak asing di
mata Tata. Namanya Puspa, cewek cantik nan imut sejurusan dengan Geden. Tata
dan Geden tau bahwa Puspa tertarik dengan Geden,
tetapi Geden tidak terlalu memperdulikannya. Geden hanya menganggap Puspa
sebatas teman saja. Di gerombolan itu, Puspa duduk disamping Geden. Duh,
bagaimana dengan perasaan Tata? Secemburu apapun Tata, dia tetap tidak bisa
berbuat apa-apa.
Wandi : “Kamu kenapa, Ta?”
Tata : “Enggak apa-apa.” (Meremas-remas
tisu dengan geram)
Wandi : “Karena ada Geden ya?”
Tata : “Enggak. Sssstt.. diem! Eh, Wan. Aku boleh minta
tolong gak?”
Wandi : “Apa?”
Tata : “Pindah yuk. Ke meja yang itu.”
(nunjuk meja dekat meja Geden)
Wandi : “Tuh kan. Geden lagi.. Geden
lagi..”
Tata : “Ayolah Wan.. Please..”
Wandi : “Iya.. Iya..”
Akhirnya
Tata dan Wandi pindah ke meja dekat meja Geden. Saat Tata dan Wandi akan duduk.
Geden dan teman-temannya melihat dengan tampang heran, tetapi Tata dan Wandi
tidak terlalu mempedulikannya.
Di meja
Geden dan teman-temannya terjadi percakapan.
Cimon : “Den, lo kapan melepas status jomblo lo?
Geden : “Kapan ya? Hahaha.”
Novi : “Tuh, ada Puspa nganggur. Pacarin gih! Kalian cocok tau.”
Puspa : “Apaan sih lo.” (cengar-cengir)
Geden : (dalam batin Geden) “Ya Allah, pada kepo maksimal
banget sih ini”
Gilang : “Jangan pura-pura deh, Puspa. Lo ngarep sama Geden
kan?”
Geden : “Sssstt!! Sudah.. sudah makan dulu sanah. Hahaha.”
Novi : “Ini lagi Geden, malah guyon.”
Geden : “Pada peduli banget sih sama gue. Gue bahagia kok
dengan kejombloan gue. Gue lagi gak mikirin pacaran dulu. Oke? Jangan dibahas
lagi ya.”
Cimon : “Ah, gak seru lo, Den!”
Geden : “Bro & sis, gue pamit ke belakang dulu ya.
Kebelet ini.”
Gilang : “Ih, jorok banget lu. Cepetan gih!”
Tata dan Wandi
diam tidak bersuara. Keduanya sama-sama sedang asik menyimak percakapan Geden
dan teman-temannya. Sekian menit lamanya, Geden tidak kunjung balik lagi ke café.
Teman-temannya pun bingung, terlebih Puspa.
Puspa : “Geden kok
lama banget ya?”
Cimon : “Ciee.. yang
nungguin.”
Puspa : “Ih, bukan
gitu. Masa Cuma ke toilet lama banget.”
Gilang : “Mules kali
dia.”
Novi : “Kita tunggu
aja. Kita makan dulu.”
Merasa Geden
tidak kunjung balik, Tata ikut merasa khawatir. Tiba-tiba Wandi memulai
pembicaraan.
Wandi : “Ta, aku mau ngomong sesuatu.”
Tata : “Ngomong apa?”
Wandi : “Sebenernya……….”
Tata : “Wan, maaf
aku izin ke belakang dulu ya bentar.” (nyangking
tas)
Wandi gagal
menyatakan perasaanya saat itu karena Tata izin ke belakang. Tata sebenernya
tidak ke toilet, tetapi ia ingin mencari Geden. Tata sudah mencari ke toilet,
tetapi tidak ketemu.
“Atau jangan-jangan..
Kak Geden udah pulang? Hhmm.. Bukan jodoh gue.” batin Tata.
Tata
menyerah, ia ingin pulang, tetapi tidak berpamitan pada Wandi. Bukan malas
bertemu Wandi, tetapi ia malas bertemu teman-teman Geden yang super kepo itu.
Tata meninggalkan café itu, ia berjalan ke arah tempat parkir untuk mengambil
sepedanya. Anehnya, Tata meninggalkan jaketnya di keranjang sepedanya. Dan
ketika akan pulang, ia melihat jaket kesayangannya itu sudah tidak ada lagi di
keranjang sepedanya. Di tempat parkir itu, hanya terlihat seorang pria yang terlihat kebingungan dan berusaha
menyembunyikan wajahnya dekat cindung jaket miliknya. Tata pun memberanikan diri
bertanya pada pria tersebut.
Tata : “Permisi, mas. Lihat jaket aku
gak?”
Pria misterius : (menggeleng-nggelengkan kepalanya).
Tata : “Hih..
mas tau gak? Tadi aku naruhnya disini. Masa bisa ilang? Mas pasti tau kan
dimana jaket aku?”
Pria misterius : (tetap menggeleng-nggelengkan
kepalanya).
Karena
merasa curiga melihat pria itu memakai jaket berlapis-lapis. Tata memberanikan
diri memegang jaket pria itu dan ternyata jaket milik Tata sedang dikenakan
oleh pria misterius itu.
Tata : “Ini jaket aku!” (menarik-narik jaket miliknya)
Pria misterius : “Ini
punyaku!” (berusaha menyembunyikan
wajahnya dibalik cindung jaketnya)
Tata : “Sebenernya
kamu siapa sih? Kembalikan jaketku!” (menarik
cindung jaket pria misterius)
Pria misterius : (berusaha menyembunyikan wajahnya dibalik
cindung jaketnya tetapi gagal)
Tata : “KAK
GEDEN?!!”
Geden : “Maaf,
ini aku balikin jaket kamu.”
Tata : “Kakak
kenapa ngumpet kayak gini?”
Geden : “Aku
ngumpet dari temen-temenku. Mereka kepo maksimal! Aku gak kuat ada di dalam.
Kamu siapa? Kenal aku?”
Tata : “Aku Tata. Satu kampus sama kakak cuma kita beda fakultas.”
Geden : “Lho
kamu kenapa ada disini? Bukanya lagi makan sama pacarmu?”
Tata : “Aku
pengen pulang. Aura di dalam gak enak. Hah? Pacar? Yang mana kak?”
Geden : “Itu
yang tadi duduk sama kamu, pakai kacamata.”
Tata : “Oh,
si Wandi. Dia sahabat aku. Aku udah lama sahabatan sama dia.”
Geden : “Oh,
sekarang kamu mau kemana?”
Tata : “Kemana
aja deh, yang penting jauh dari café ini.”
Gaden : “Main-main
ke waterboom yok, aku nebeng sepedamu boleh?”
Tata : “Boleh
lah, kak.”
Tiba-tiba
Wandi datang menghampiri Tata dan Geden.
Wandi : “Tata! Kamu mau
kemana?”
Tata : “Wandi. Maaf,
Wan. Aku pengen pulang.”
Wandi : “Eh, lo yang
namanya Geden kan? Noh, lo ditungguin temen-temen lo!”
Geden : “Iya, eh gue
minta tolong jangan bilang ke temen-temen gue kalo gue pulang duluan. Bantuin
gue ya, bro!”
Tata : “Tolongin kak
Geden, Wan.. Kasian dia dikepoin terus sama temen-temennya.”
Wandi : “Hhmmm.. demi Tata gue mau deh.”
Tata : “Hehe.
Makasih Wandi.”
Geden : “Thank bro!
Kita pergi dulu ya!”
Wandi : “Eh, eh..
tunggu! Mau kemana kalian?”
Geden : “Gak jauh-jauh
dari sini, kok. Lo tenang aja.”
Wandi : “Jangan-jangan
mereka ke Waterboom.” (Batin Wandi)
Akhirnya
Tata dan Geden pergi berdua mengendarai sepeda milik Tata menuju Waterboom.
Wandi sedikit kesal dengan Geden. Tapi, Tata terlihat bahagia bersama Geden.
Novi : “Beneran si
Geden keterlaluan ke toiletnya.”
Puspa : “Kayaknya dia
gak ke toilet.”
Gilang : “Emang kemana,
Pus?”
Puspa : “Yaa.. gak
tau. Pokoknya dia pergi ngehindarin kita.”
Cimon : “Daripada nungguin
Geden gak balik-balik. Mendingan kita jalan-jalan ke Waterboom yok.
Jarang-jarang kan?”
Puspa : “Tapi…”
Novi : “Ayolah
Puspa. Siapa tau kita ketemu Geden disana.”
Gilang : “Lo kira Geden
anak kecil yang hobi mainan air sama seluncuran?”
Novi : “Gue kan
bilangnya siapa tau, Lang. Siapa tau.”
Puspa : “Oke deh.”
Cimon : “Aseek.. yok!”
Sampai
disana, Tata dan Geden jalan-jalan menikmati pemandangan taman bunga di area
waterbooom. Tata gak percaya ini bakal terjadi. Dia bisa sedekat ini dengan
Geden. Sedang asik jalan-jalan, Geden dan Tata melihat Wandi sedang mencarinya.
Tata dan Geden berbelok arah menghindar dari Wandi. Tidak lama kemudian, Tata
melihat teman-teman Geden sedang mencari-cari Geden.
Tata : “Kak, itu
kayaknya temen-temen kakak lagi nyari kakak juga.”
Geden : “Iya, itu
temen-temenku. Bumi sudah tidak aman. Yuk keluar dari sini. (menggandeng tangan Tata)
Tata : (terkejut
melihat tangannya digandeng).
Mereka
berdua berlari menuju pintu keluar berusaha menghindar dari Wandi dan teman-teman
Geden. Tangan Tata tidak lepas dari tangan Geden. Ketika sedang berlari, Tata
dan Geden dikejutkan oleh suara memanggil-manggil nama Tata. Ternyata itu suara
Amin, teman SMP Tata.
Tata
mengajak Geden menghampiri Amin sebentar. Ternyata disana tidak hanya Amin saja,
ada beberapa teman-teman SMP Tata sedang berkumpul.
Amin : “Tata! Sini!”
Tata : “Wah.. kalian
lagi ngumpul. Jahat ih gak ngajak-ngajak aku.”
Amin : “Sorry..
sorry. Setau gue kan lo mahasiswi tersibuk, jadi kita gak ngundang-ngundang lo.
Ini kan Cuma reuni kecil-kecilan aja. Btw, itu yang disebelah lo siapa? Kenalin
ke kita lah.”
Tata : “Oh iya sampe
lupa. Ini kak Geden.”
Amin : “Pacar lo ya?”
Tata : “Huss!”
Amin : “Kok kayaknya
kalian tergesa-gesa sih? Kayak lagi dikejar-kejar orang.”
Geden : “Iya, kita lagi
dikejar-kejar kamptip. Hehehe.”
Tata : “Kita pamit
duluan ya.”
Amin : “Eh, mau
kemana lo? Selfie dulu keleuss.”
Tata : “Ya ampun.
Oke.. oke.”
Akhirnya
Tata dan Geden berhasil keluar dari Waterboom itu. Geden mengayuh sepeda dengan
cepat menuju kos-kosan Tata karena hari sudah mulai sore. Akibat peristiwa
tersebut, Tata dan Geden menjadi lebih dekat satu sama lain.
0 komentar:
Posting Komentar