Kesatria?
Wow, jika mendengar kata kesatria pasti kalian membayangkan seorang pria gagah
berani dari kerajaan, tapi sang kesatria yang aku maksudkan adalah pria tampan,
pintar akting, jago nge-DJ, sukses karena kerja kerasnya sendiri dan banyak sekali prestasinya. Adakah yang tahu
siapa dia?
Dia
ini salah satu aktor Indonesia yang berbakat. Filmnya banyak yang box office!
Baiklah.. baiklah.. aku kasih tahu judul-judul filmnya, yaitu : Realita Cinta:
Rock & Roll, Dibawah Lindungan Ka’bah, 5cm, Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck, and the upcoming is Supernova. Yeah!!
9 November 2014, aku baru saja
menghadiri seminar perfilman yang diselenggarakan oleh mahasiswa Undip
Semarang. Aselik! Sampai sekarang belum percaya bisa ketemu bang Junot. Salah
satu alasan dulu pengen kuliah di Semarang adalah biar bisa ketemu artis.
Wakaka! Sebenarnya sebelum acara ini, 3 bulan yang lalu bang Junot ke Semarang
dan kebetulan saat itu aku masih ospek kuliah, jadi tidak bisa maksain ketemu
bang Junot. Waktu lagi WiFi-an malam-malam di kampus, aku iseng cari
acara-acara seminar buat ngisi waktu weekend daripada melongo di kosan. Aku
cari-cari melalui twitter, biasanya banyak yang promosi melalui twitter.
Wah!
Aku nemu poster dalam bentuk foto bahwa akan diselenggarakan seminar perfilman
yang diadakan tanggal 9 November 2014 di Undip. Sebenarnya, sebelum aku nemu
poster seminar perfilman ini, aku niat mau ikut seminar yang mana pembicaranya
adalah Mery Riana “Manusia Satu Juta Dollar.” Berhubung nemu poster bang Junot
dan ku harus pilih salah satu karena efek duid seret, aku pilih ikut seminar
perfilman saja. Aku mulai cari mangsa nih buat dijadiin temen kesana. Aku
ajakin Ningrum & Rodiyah. Mereka antusias banget. Apalagi Rodiyah semangat
banget.
Minggu, 9 November pukul 06.30 WIB
kita berangkat dari kos menuju gedung Prof. Soedharto Undip Tembalang. Aku
nelpon taxi biar kita langsung dijemput dan dianter ke kosan. Asal kalian tahu,
banyak cobaan menjelang hari H. Sabtu malam, listrik kosanku konslet dan baru
akan diperbaiki esok paginya pas aku ke Tembalang. Padahal aku butuh banget
listrik karena ponselku lowbat dan esoknya mau aku pakai buat foto-foto bang
Junot. Pagi harinya, 30 menit sebelum aku ke Undip, aku bolak-balik mushola samping
kos buat numpang ngecharge. Hahaha. Itu pun juga dilakukan diam-diam, takut
ketahuan petugas mushola atau warga. Gak sampe 10 menit numpang ngecharge,
listrik kosan tiba-tiba nyala dan pffiuuuh.. langsung aku balik ke kos dan
lanjuin ngecharge.
Tepat pukul 06.30 WIB, aku &
Rodiyah siap-siap nungguin taxi di depan gang. Di jalan kebetulan papas an sama
Ningrum yang sudah rapi dengan busana khas tomboynya. Ningrum sampai bawa nasi
bungkus karena dia belum sempat sarapan di kos. Akhirnya, Ningrum makan nasi
bungkus di dalam taxi. Tiba di Undip, sudah banyak mahasiswa yang nunggu di
depan gedung Prof. Soedharto yang dominasinya adalah mahasiswa Undip sendiri.
Kita disambut baik oleh panitia disana.
Panitia : “Ini temen-temen darimana nih?”
Kita : “Unnes.”
Panitia : “Wah, terima kasih ya sudah menyempatkan
kesini.”
Kita : “Iya.”
Panitia : “Nanti Junotnya datang sekitar jam 10.”
Disitu, aku langsung mikir. Emang
muka aku ini muka-muka pengen ketemu Junot banget yak? Padahal bintang tamunya
buka bang Junot aja. Ada ibu Lily dari KPI Pusat dan Dodit Mulyanto (Stand Up
Comedy). Nunggu dari pukul 07.00 WIB dan sampai pukul 09.00 kita baru dibolehin
masuk gedung. Demi bang Junot apa sih yang enggak. Aku bela-belain gak ngeluh. Bhahahak.
Pembicara pertama adalah Ibu Lily
dari KPI Pusat. Dari uraian materi yang disampaikan, aku jadi tahu betapa
pentingnya peran KPI Pusat dalam mengawasi acara-acara TV di Indonesia. Inti yang
dapat aku petik dari uraian bu Lily adalah tontonlah tontonan yang baik,
edukatif, dan tidak ada unsur kekerasan di dalamnya.
Dan sampailah pada saat yang
ditunggu-tunggu. Pewara memanggil bang Junot, dan dia pun keluar. Aselik!
Ganteng banget meeeennn!!! Aku sampai gak fokus dia ngomong apaan pas awal-awal
gara-gara terpesona. Hahahak!
Dari
seminar itu, aku dapat mengambil simpulan. Bang Junot tuh emang aktor sejati.
Dia itu gak sembarangan pilih film yang akan diperankan. Menurutnya, bagus
tidaknya suatu film itu relatif. Dia itu punya kebiasaan menilai suatu film
yang ditawarkan yaitu dengan membaca 10 halaman pertama skenario film tersebut.
Jika 10 halaman pertamanya bagus, dia akan ambil peran di film itu. Setahu aku,
bang Junot ingin main film yang bisa dipertanggungjawabkan kepada anak-anaknya
ketika nanti punya anak dan bisa dipamerin ke anak-anaknya nanti.
Bang Junot ini kalau lagi nyeritain lawan
mainnya yang cewek seperti Pevita Pearce & Raline Shah dengan sebutan “mbak
cantik.” Hahaha. Kata bang Junot, menilai sebuah film yang patut ditonton atau
tidak itu gampang. Caranya dengan melihat poster filmnya. Kalau ada pose-pose “ouh”
“wow” “ih” gitu sudah pasti tidak patut ditonton. Apalagi yang judulnya
aneh-aneh kayak “Pocong Bergoyang” atau apapun lah yang aneh-aneh jangan
ditonton. Yang aku salut dari bang Junot adalah dia mengenali nama salah satu
fansnya yang setiap bang Junot ke Semarang. Fansnya itu selalu menjemputnya di
bandara. Woh! Jadi langsung mikir, fans macam apa aku ini. Sekitar 1 jam, bang
Junot cerita panjang lebar mengenai perfilman. Tibalah saat, dia harus pulang
dan kembali ke Jakarta. Huhuhu sedih banget sampai pulang ke kosan, kecapean
sampai tidur pun langsung mimpi bang Junot. Blah. Maap lebay. Sekian.
"Support film Indonesia yang dibuat dengan bagus dan bertanggung jawab." – Herjunot Ali
0 komentar:
Posting Komentar