Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh

Supernova.. Supernova.. Supernova..
            Menyenangkan mungkin jika supernova memang benar-benar ada. Kita bisa minta saran dari orang lain, bisa punya tempat curhat, tapi lebih enak curhat sama Tuhan karena Tuhan selalu memberikan pertolongan baik kita minta atau pun tidak. Yaelah, ini aku pasti demam film Supernova. Abisnya tuh film keren, romantis, kocak, dan yang pasti ada nilai pelajaran yang dapat diambil.
            Film Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh merupakan visualisasi novel Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh karya Dee Lestari. Aku tahu novel ini sejak bang Junot ngumumin kalo dia bakal main di sebuah film yang bersumber dari novel milik Dee, yakni Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh. Semenjak tahu kalo dia bakal meranin salah satu tokoh di novel tersebut, aku langsung cari novelnya di Gramedia. Nah, aku baca novelnya. Gilak! Isinya sains banget.
            Waktu baca novelnya masih agak bingung alurnya gimana, tapi setelah nonton filmnya, aku jadi tercerahkan. Terima kasih Pak Sunil Soraya, bang Junot, bang Fedi, kak Raline, kak Paula, dan crew yang lain. Bagian yang menyentuh saat Arwin (Fedi Nuril) memeluk Rana (Raline Shah) sambil mengatakan bahwa dia sangat mencintai Rana meskipun Rana mencintai Ferre (Herjunot Ali) dan adegan saat Ferre memegang pistol yang diarahkan ke mulutnya sendiri dengan meluapkan amarahnya karena takdir yang menimpa dirinya. Coba deh nonton filmnya, aku aja netesin air mata. Tapi, kalo masalah menyentuh lebih gregetan film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karena di film itu aku merasa jadi Zaenudin yang sebatang kara. Huhuhu hiks!
            Ternyata film Supernova gak sedikit ada unsur lawaknya. Dari mulai adegan percintaan sepasang homo yaitu Reuben & Dimas, Ale yang gak kedip liat Diva, Rana yang mengatakan ke Ferre bahwa cita-citanya saat kecil adalah jadi bintang film, dan adegan Ferre  kesel ketika menerima telpon dari sekretarisnya bahwa dia akan diwawancara oleh majalah wanita yang ujung-ujungnya bertanya kapan Fere menikah.
Sepenggal dialognya intinya begini, “Saya malas diwawancara oleh majalah wanita. Palingan nanya kapan nikah? Saya jawab wanita beruntung yang mendapatkan saya. Saya juga gak kenal wanita beruntung itu siapa. Ujung-ujungnya gosip.”
            Adegan-adegan yang gak kuduga adalah sewaktu Ferre mandi pakai shower. Heran deh, gantengnya gak ilang. Hahaha.  Adegan tak terduga berikutnya adalah saat Arwin dan Rana di ranjang. Gak nyangka seorang Fedi Nuril yang tampan, mapan, dan beriman bisa seprofesional itu melakukan perannya sebagai suami. Pokoknya aku suka adegan-adegan romantis Arwin dan Rana di ruang tv, ruang makan, dalam mobil, apalagi ranjang. Huahahak! AAAAAKKK sejak film 5cm, aku memang jatuh cinta sama couple ini. Pas!
            Bang Junot tiap berdialog kayak baca puisi. Dan itu yang bikin demen. Setiap berdialog terdengar jelas unsur-unsur suprasegmentalnya (Efek abis UAS Fonologi).  Agak bête sih pasti bang Junot jadi orang ketiganya bang Fedi & kak Raline. Bang Junot makin ganteng kalo rambutnya gak klimis-klimis banget kayak waktu meranin Zaenudin. Waktu Ferre (Herjunot Ali) berangkat kerja, rambutnya selalu klimis, itu kan gaya rambutnya Zaenudin. Pelajaran yang dapat dipetik dari tokoh Ferre adalah ketika dia bisa bangkit dalam keterpurukkan. Boleh-boleh saja memiliki ambisi tapi dalam batas wajar dan tidak melampaui realita. Sosok seorang Fere hebat loh, kesuksesan yang dia dapat karena kerja kerasnya sendiri meskipun dia tidak memiliki keluarga yang harmonis dan utuh seperti Arwin & Rana.
            Dari sosok Rana, aku belajar bersyukur atas apa yang sudah aku miliki. Rana yang sudah memiliki suami super mapan dan super tampan seharusnya bersyukur dan berusaha menghargai ketulusan suaminya. Kalau kita sudah memilih atau mengambil suatu keputusan, maka kita harus menerima konsekuensinya pula. Sifat Rana yang penurut dengan orangtua juga perlu dicontoh loh! Dia mematuhi dan melaksanakan segala keinginan orangtuanya agar mereka bahagia walaupun sebagian keinginannya membuat Rana tersandera.
            Tokoh yang paling mencuri perhatian dan paling sabar adalah Arwin. Arwin yang diperankan oleh Fedi Nuril ini berperan sebagai suami dari Rana. Arwin berasal dari keluarga priyayi Jawa yang memandang perceraian sebagai sebuah aib yang besar. Arwin sangat mencintai Rana, sementara Rana mencintai Ferre karena Rana berpikir Ferre adalah pria yang mencintainya dengan tepat. Makin salut dengan tokoh Arwin saat dia merelakan Rana istrinya memilih pria lain atau tetap bersama dirinya. Jarang-jarang nih ada orang yang rela merelakan orang yang teramat dicintainya untuk orang lain demi melihat orang yang dicintainya itu bahagia. Btw, aku lagi belajar dari tokoh Arwin bro! Halah, lupakan.
            Diva adalah tokoh yang bikin kepalaku puyeng dengan dialognya yang mengandung turbulensi, chaos dan galaksi. Tokoh Diva ini ngajarin aku bahwa hidup jangan hanya memandang sisi hitam dan putih saja. Diva ini berprofesi sebagai model papan atas sekaligus pelacur, tapi disaat dia sedang melayani tamu-tamunya tak jarang pembicaraannya seperti motivator sehingga tidak sedikit para tamunya menyadari kesalahannya. Diva adalah wanita yang memiliki intelektual tinggi sehingga para tamu yang membookingnya karena ingin menjadikannya sebagai teman diskusi. Penghasilan yang didapatnya digunakan untuk membantu kalangan yang tidak mampu.
            Cuman, karakter Ale yang kata pemerannya Ale merupakan tokoh yang suka nasihatin Ferre dengan marah-marah gak ada. Ale di film ini hanya sebagai sahabat lucunya Ferre dan gak keliatan karakter playboynya yang dilukiskan di dalam novel. Overall, this film is amazing! Bikin nagih untuk nonton berkali-kali. Coba nonton filmnya deh!

Aku Memang Sial

Ketika kamu berbuat baik jangan pernah berharap kamu mendapat balasan setara dengan kebaikan yang kamu lakukan. Itu salah besar! Tidak semua kebaikan dibalas dengan kebaikan. Kalau kejahatan dibalas kejahatan itu jarang, tetapi kalau kebaikan dibalas bukan dengan kebaikan pula itu sering terjadi. Dan sial, aku baru menyadarinya.

            Hari ini mungkin bisa dibilang hari tersial yang menimpaku. Aku menyesalkan mengapa semua orang di sekelilingku tidak bisa membalas sedikit saja kebaikan yang aku lakukan pada mereka. Apakah mereka tidak mengingat setiap kebaikan yang pernah dilakukan orang lain? Lalu kenapa aku diciptakan oleh Tuhan untuk selalu mengingat kebaikan orang lain? Aku iri pada mereka yang apabila dibantu oleh orang lain langsung bisa melupakan kebaikan itu. Mengapa aku tidak bisa? 
            Untuk lebih spesifiknya, kejadian yang aku alami saat kuliah sore tadi. Masing-masing kelompok diperintahkan untuk membawa makalah hasil karya kelompok masing-masing. Aku membawa makalah hasil karyaku karena memang itu adalah hasil karyaku, hasil tanganku sendiri bukan hasil tangan teman-teman kelompokku. Mereka tidak peduli. Walaupun begitu, aku tetap menuliskan nama mereka di makalah karena aku peduli dengan mereka. Ketika dosen menanyakan mengenai referensi makalah tersebut, aku segera menjawab. Sebenarnya aku tidak ingin menjawab, tetapi aku merasa bertanggung jawab dengan makalahku, maka aku memutuskan menjawab ketika semua teman sekelompokku hanya bisa diam. Semua kelompokku hanya bisa diam tidak ada empati untuk membantuku menjawab pertanyaan dari dosen yang terus memojokkanku. Apakah mereka tidak merasa tugasnya terselesaikan berkat kerja kerasku? Bukannya aku butuh balasan, tetapi setidaknya mereka membantu menjawab pertanyaan dari dosen tersebut. Sumpah, aku kecewa banget dengan mereka. Aku benci dengan diriku sendiri.
            Malam harinya, dua orang teman satu kosku mengajakku mencari WiFi di kampus. Sebut saja kedua temanku itu dengan Bulan dan Mentari. Aku mengiyakan. Sampai disana kami duduk di depan gedung B3 karena WiFi sangat lancar disana. Mereka tahu kalau baterai laptopku cepat sekali habis. Beberapa menit kemudian baterai laptopku habis. Aku meminta mereka untuk menemaniku pindah ke Gazebo karena disana ada colokan listrik.
“Baterai laptoku habis. Mau nggak pindah ke Gazebo?”
“Kamu aja sana sendirian. Ntar kalo udah penuh kesini lagi.” Sahut Mentari.
“Yahh.. sendirian dong. Disana rame banget. Temenin dong.”
“Nanggung nih lagi WiFinya lancar banget.” Jawab Bulan yang sibuk dengan laptopnya.
            Akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Aku tidak ingin emosiku meluap disana. Sampai di kos pun aku tidak bisa menceritakan kejadian ini kepada teman kos yang lain. aku beruntung bisa numpahin semuanya di blog ini.
“Aku pulang dulu ya. Baterai laptop habis.” Kataku sembari tersenyum.
“Loh?” sahut Bulan dan Mentari berbarengan.
            Aku bergegas pergi berusaha menahan emosi. Pandanganku tertuju kedepan. Aku tak ingin melihat ke belakang. Aku ingin segera sampai di kos. Aku ingin segera melaksanakan shalat Isya dan menceritakan semua yang terjadi hari ini pada Yang Maha Adil. Aku harap Tuhan berpihak padaku. Aku meminta pada-Nya agar diberikan seorang teman yang benar-benar manusia.
“Yun, tumben cepet banget WiFi-annya.” Sambut Pelangi yang sedang asik menonton televisi di ruang tamu kos-kosan.
“Iya, baterai laptop habis.” jawabku sembari tersenyum menyembunyikan bom emosi yang sebentar lagi meledak.
“Kan ada colokan disana.”
“Gak ada yang mau pindah. Udah nyaman katanya.” Jawabku.
“Siapa? Mbak-mbak kakak tingkat yang lagi WiFi-an ya?” Tanya Pelangi.
“Ngg.. Iya.” Jawabku berbohong.
            Aku benci hal seperti ini. Mereka lupa bahwa aku pernah membantunya saat baterai laptop mereka habis. Kejadian itu beberapa minggu yang lalu. Saat kami bertiga mencari WiFi di depan perpustakaan. Sampai disana, baterai laptop mentari tinggal 20%. Jika tidak segera dicas laptopnya akan mati dan dia tidak bisa browsing. Sedangkan semua colokan listrik sudah penuh dengan kabel milik mahasiswa yang sudah sejak tadi berada disana sebelum kami datang. Kami duduk disamping seorang mahasiswa laki-laki yang sedang asik menonton youtube. Sebut saja mahasiswa laki-laki itu dengan sebutan Joko.
“Bateraiku hampir habis nih.” Ujar Mentari.
“Colokin disitu. Minta gantian sama mas-masnya yang disamping kita itu.”
“Tapi aku malu.”
“Minta tolong Yunita aja.” Bulan memberi saran.
“Yun..”
“Iya, ada apa?”
“Baterai laptopnya Mentari hampir habis. Tolongin ngomong ke mas-nya.”
“Tapi aku gak kenal. Kamu aja deh.”
“Please.” Kata Bulan
“Sumpah aku bingung gimana ngomongnya.” Sahutku.
“Yaudah deh, gapapa.” Ujar Mentari.
            Karena merasa kasihan dengan Mentari, aku memberanikan diri berbicara pada mas Joko itu. Mentari dan Bulan tertawa melihat caraku berbicara dengan mas Joko. Mereka tidak sedikitpun membantuku membujuk mas Joko untuk mau berbagi colokan. Mas Joko sempat menolak untuk berbagi colokan, tetapi akhirnya dia mau berbagi. Baterai laptop Mentari pun dapat dicas. Dan Bulan bisa browsing sesuka hati karena laptopnya berhasil diselamatkan.
            Kejadian kedua berlangsung di Gazebo B3. Saat itu, aku, Bulan, dan Mentari sedang asik ber-WiFi ria. Tiba-tiba baterai laptop Bulan akan segera habis. Aku menyarankan agar segera dicas di colokan yang terdapat di balik dinding tempat kita duduk. Saat kita sedang WiFi-an di Gazebo B3, memang disana ada sekitar belasan mahasiswa seni musik sedang latihan menyanyi.
“Bateraiku mau habis.”
“Colokin aja disitu.” Saranku.
“Colokin dong.”
“Yaelah tinggal berdiri doang terus tinggal colokin doang.”
“Aku malu banyak orang lagi latihan nyanyi hadapnya ke kita.”
“Aku juga kali.” Sahutku.
“Tapi kan ini fakultasmu. Tolong dong.”
“Sama aja kali, sama-sama satu kampus. Walaupun ini fakultasku, emangnya aku kenal mereka semua?”
“Tolong dong, Yun.”
“Oke deh.”
            Aku membantu Bulan menyolokkan charger laptopnya. Semua orang yang sedang latihan menyanyi ngliatin aku semua, tapi aku cuek aja demi nolongin temen. Aku heran, kenapa mereka tidak pernah berpikir untuk sedikit menolong orang lain. Apa mereka tidak mengingat pertolongan orang lain ketika mereka butuh bantuan? Aku sangat mengetahui, setiap manusia tidak pernah lepas dari bantuan orang lain. Maka dari itu, aku berusaha menolong orang lain yang sedang kesusahan agar nantinya jika aku memerlukan bantuan orang lain bersedia membantuku. Bukankah Tuhan pernah berfirman, setiap kebaikan akan dibalas kebaikan walaupun sekecil zarah.
            Mungkin semua ini memang aku yang salah. Semua manusia di dunia ini benar kecuali aku. Akulah yang aneh. Aku yang salah. Aku yang sial. Aku yang bodoh. Maafkan aku.

Loper Koran Sahabat Kita

Senin, 23 November 2014 lalu aku dapat tugas mata kuliah Etika. Tugasnya adalah kunjungan lapangan ke lembaga/perorangan yang sudah ditentukan oleh ibu dosen. Jauh-jauh hari aku memang udah  tau kalo ibu dosen bakal ngasih tugas beginian menjelang akhir semester. Waktu pembagian kelompok, khawatir aku bakal kerjasama sama siapa lagi. Jangan-jangan sama Juwariyah lagi. Secara mau diacak ataupun enggak teteupp aja satu kelompok bareng Juuuuuuwariyah. Dunia mulai menunjukkan keanehannya.
            Dengan menggunakan metode berhitung dari bilangan 1 sampai 6 ala anak TK, aku satu kelompok  bareng Ullya, Tirto, Rizki, dan Marfu’ah. Pembagian kelompok sudah. Nah, sekarang waktunya pembagian objek yang harus dikunjungi. Gak tau kenapa, yang tadinya aku pingin dapat kunjungan ke panti asuhan, seketika pingin berkunjung ke loper koran. Rasanya lebih seru jika dapat turun langsung ke jalan. Ibu dosen meminta wakil dari masing-masing kelompok untuk mengambil gulungan kertas yang berisi nama-nama objek yang harus dikunjungi. Kelompokku diwakilkan Ullya. YEAY! Kita dapat loper koran! Kata Ullya, “Gulungan kertas itu sebenarnya udah diambil oleh Nissa, tetapi karena jatuh ditaruh lagi ke tangannya bu dosen, lalu aku ambil ternyata isinya loper koran.”
            Wah, ternyata sesuatu yang jatuh dan dikira tidak berharga bisa menjadi salah satu anugerah. Halah. Blah. Ngomong apaan sik, Yun.
            Selepas pulang kuliah, kita berunding kapan dan dimana nyari loper koran untuk diwawancarai. Tirto ngasih usul kalo di dekat Tugu Muda Semarang banyak loper koran wira-wiri disana. Aku ngusulin kunjungan lapangan saat weekend, tetapi sebagian dari mereka gak setuju karena pada mau pulang kampung. Akhirnya, kita memutuskan untuk kunjungan lapangan besok pagi pukul 9 pagi kumpul di Gazebo B8 dulu. Karena orang-orang Indonesia terkenal akan jam karetnya, maka mereka pun ikut-ikutan ngaret. Aku juga sengaja telat 15 menit sih hehehe, secara kostku deket banget sama kampus, guling-guling cantik juga nyampe. Terus pagi itu aku dapat giliran piket masak, alhasil masak dulu sebelum beraktivitas.
            Sebagai calon pemimpin masa depan yang baik, aku memutuskan datang terlebih dahulu meskipun aku tau mereka belum pada dateng karena aku bisa liat kampus dari kostku karena kostku ada lantai di dua. Nyampe disana sudah ditebak aku harus nunggu sendirian di Gazebo mirip banget dah kayak nungguin wangsit, mana lagi pake jilbab pink pula. Ya ampuun.. Beberapa puluh menit kemudian, datanglah Rizki dengan mimik abis buka celengan ayam. Pas aku tanya, nah bener kan dia abis ngerampok ATMnya sendiri. Hahaha.
            Kita nunggu setengah jam-an lebih. Rizki yang mulai bosan menunggu kepastian #eh nunggu Tirto & Ullya mulai SMS dan nelponin mereka berdua. Akhirnya Ullya datang dulu. Aku & Rizki pergi ke kantin mau beli jajanan buat dimakan di angkot. Aku beli roti satu, Rizki beli dua roti plus susu coklat satu. Pantesan sehat dan subur banget dia.
            Kemudian Tirto pun datang. Dia ngusulin supaya ke tempat lokasi menggunakan motor biar cepet dan murah, tapi aku, Ullya & Rizki gak ada yang bawa motor ke kost. Tirto & Ullya berinisiatif minjem motor di Eci tapi gagal. Aku berinisiatif minjem motor di bu kost, tapi alasannya kunci motornya ilang. Yaudah, daripada gak ada yang ikhlas dimintain tolong. Kita naik angkot aja. Waktu lagi naik angkot, Marfu’ah SMS, katanya dia udah nyampe di Tugu Muda. Ajibbb.. katanya gak bisa datang, tau-tau udah di Tugu Muda aje.
            Abis naik angkot lanjut naik kopaja turun di lampu lalu lintas Jalan Pemuda Kota Semarang. Kita janjian sama Marfu’ah di depan Museum Dipongoro. Eciee.. si Marfu’ah ternyata dianterin sama patjarnya. Uhuy, fix aku ngiri. Seandainyaaaaa… jarak Tembalang-Gunung Pati tiada berarti~~ Nyanyi dikit boleh lah..
            Pacarnya Marfu’ah lantas pergi meninggalkan Marfu’ah. Hahaha. Kita pinjem Marfu’ahnya bentar yaaa. Waktu di zebra cross mau nyebrang, ada yang liat loper koran lagi nawarin korannya ke mobil-mobil yang lagi berhenti karena lampu merah. Langsung deh kita samperin.
“Pak, boleh minta waktunya sebentar?”
“Wah, ada apa nih?”
“Kita mau wawancara bapak boleh?”
“Wani piro?”
            Langsung mata kita semua terbelalak. Jleb! Mana kita semua duitnya pas-pasan.
Bapak loper koran itu langsung mengatakan, “Ah, enggak kok. Saya cuma becanda. Boleh kok.”
Pffiuuuhh.. Bapak bikin kita jantungan saja.
“Kalian dari mana nih? Wartawan ya? Kalo wartawan, saya tidak mau diwawancarai.”
“Oh, bukan Pak. Kami bukan wartawan, kami mahasiswa Unnes. Kebetulan sedang diberi tugas kuliah untuk mewawancarai loper koran.” Di dalam hati, aku ngaminin omongan Pak loper koran yang menyebut kita sebagai wartawan.
“Yang benar? Jangan bohong.”
“Benar, Pak.”
“Nanti saya jangan difoto ya.”
“Loh, kenapa? Lalu kita mendokumentasikannya pakai apa? Nanti dosen kita tidak percaya bagaimana?”
“Oh, yasudah boleh.”
            Segera aku mempersiapkan alat tulis dan buku kecil dengan tulisan KOMPAS.
“Loh, ini apa? Kok ada tulisan KOMPAS?!!”
“Oh, buku kecil ini saya dapat waktu saya ikut seminar jurnalistik dan kebetulan sponsornya KOMPAS.
            Kemudian datanglah Trio yang baru sampai di Jalan Pemuda Kota Semarang. Dia memakirkan sepeda motornya terlebih dahulu lalu menghampiri kita yang sedang mewawancarai Pak Loper koran. Ternyata nama pak loper koran itu adalah Pak Briyan a.k.a Briyanto. Huakakak. Bapak itu pandai bergurau ternyata. Beliau hanya lulusan SD, itupun ikut kejar paket. Meskipun demikian, semangatnya yang pantang menyerah patut dicontoh. Dia tidak kenal yang namanya mengemis dari orang lain selama dia mampu bekerja. Penghasilannya paling sedikit Rp30.000,00 hingga Rp50.000. Jumlah koran-koran yang dijualnya lebih kurang 80 koran per hari. Jika tidak terjual habis, koran tersebut tidak bisa dikembalikan ke agen koran. Terpaksa beliau menjualnya ke tukang koran bekas. Beliau pernah menolong seorang nenek buta yang akan menyebrang jalan dan menolong orang yang hendak dirampok preman. Pak Briyanto sangat menyanyangi adiknya. Terbukti penghasilan yang diperolehnya ditabung untuk membeli sebuah sepeda motor untuk adiknya. Pembeli koran beliau tidak hanyak dari kalangan umum saja, Pak Briyanto pernah bertemu pejabat-pejabat dan artis-artis yang hendak membeli korannya, seperti Pak Ganjar Pranowo (Gubernur Jateng), Tjahjo Kumolo (Menteri dalam Negeri), Ivan Gunawan, Cita-citata, dan Audy Marisa. Beliau senang menjadi loper koran karena terjalin rasa kebersamaan antarpedagang di sekitar kawasan Jalan Pemuda. Namun, tak jarang beliau dikhawatirkan oleh petugas Satpol PP dan preman-preman yang pernah menodongnya. Meskipun demikian, Pak Briyanto belum pernah ditangkap oleh Satpol PP karena Satpol PP hanya akan menertibkan wanita-wanita yang berjualan koran sambil membawa bayinya dan anak-anak kecil yang tiap sore lalu lalang di sekitar Jalan Pemuda untuk berjualan koran. Pak Briyanto mengatakan jika beliau memiliki modal lebih, beliau ingin memiliki warung-warung kecil-kecilan di tepi jalan untuk berjualan, namun keinginannya terhalang oleh modal dan harga sewa tanah di Semarang yang mahal. Pak Briyanto berharap terhadap Pemerintah agar tidak menaikkan harga BBM karena akan semakin menyengsarakan rakyat kecil. Beliau tak lupa mendoakan kami supaya cepat lulus kuliah dan segera memperbaiki negeri ini.








            Setelah selesai wawancara, kami pamit pulang. Disana orang-orangnya ramah-ramah. Yang bikin pengen ketawa, ada seorang kakek-kakek yang tiap kit wawancara ngintilin mulu.
“Nak, gak mau wawancara kakek?”
“Nanti aja kek, kapan-kapan yaa..”
“Yaudah, kamu namanya siapa? Nanti telpon kakek ya.”
“Oh siap. Kita pulang dulu yaa, Kek.”

            Abis pamitan sama si kakek, kita iseng mampir sebentar ke Lawang Sewu tapi gak jadi masuk karena lagi direnovasi dan kita emang lagi ngirit. Karena jam menunjukkan puku 12.00 WIB, kita mutusin nyari makan di sekitar kawasan Jalan Pemuda. Mata kita tertuju pada bakso dan mie ayam. Kita makan dulu ngilangin rasa laper. Selesai makan, kita pulang menggunakan bus BRT. Pokoknya seru petualangan kali ini! Ternyata gak cuma aku aja yang ketagihan terjun ke lapangan lagi, teman-temanku pun pingin kesana lagi. Walaupun sebelumnya banyak banget rintangannya. But, Alhamdulillah wa syukurillah…

Ketiban Tweet

Malam Minggu adalah saat yang pas buat quality time bareng keluarga, tak terkecuali aku. Mumpung lagi di rumah, aku puas-puasin ngobrol dan ketawa bareng keluargaku. Kita biasanya kumpul di ruang TV tiap malam. Nah, tadi ngakak berjamaah waktu nonton The Blusukan TRANSTV. Sebenarnya sih aku lagi bete. Bete banget kalo ingat besok tuh aku harus kembali ke Semarang. Karena hari Senin harus mulai kuliah lagi. Hih! Bulan depan mungkin baru bisa balik ke Tegal lagi. Bete juga karena ingat tugas-tugas kuliah yang kalau diibaratkan peribahasa itu "Mati satu tumbuh seribu."
Aku masih pengen liat sepupuku Naila ketawa sambil bilang "deng.. deng.." kalau lagi main tembak-tembakan. Aku masih gatel nyeramahin adekku si Adel yang mulai beranjak remaja dan sudah ngerti cinta monyet. Cinta sama monyet kaliyee..  Dan aku masih kangen sama kasur empukkuuuuhh. 
Bukan Yunita kalau melakukan sesuatu gak dijamak. Sambil nonton TV, aku baca novel 5cm dijamak dengan minum susu coklat hangat. Nemu laptop nganggur alhasil  aku buka laptop dan segera meluncur ke twitter. Padahal sejam yang lalu aku baru mainan twitter. Pas buka twitter, gak biasanya ada 5 pemberitahuan. Gilak! Banyak banget yang ngeretweet dan ngefavoritin tweetku yang mention ke bang Junot. Perasaan tadi aku cuma ngetweet kalo aku udah ngevoted bang Junot di ajang award. Wah, pantesan banyak yang ngeretweet, ternyata orang yang dulu selalu aku tunggu balesan mentionnya, detik itu ngebales tweetku dengan kata "terima kasih." He is Mahbub Herjunot Ali. Aktor yang aku bela-belain datang ke suatu acara demi lihat dia secara langsung. 
19.15 | 15 November 2014
Allah Maha Baik, sumpah! Keinginanku satu persatu dikabulin. Dulu aku pingin liat bang Junot secara langsung, seminggu yang lalu aku bisa ketemu dia secara langsung. Dulu juga aku pingin banget tweetku dibales sama bang Junot, sejam yang lalu bang Junot bales tweetku. Padahal itu semua baru sebatas keinginan yang belum aku tuturkan melalui do'a dan hanya terlintas di pikiranku saja, tetapi Allah mengabulkannya satu persatu.
"Percayalah, Tuhan mengabulkan doa-doamu satu persatu." - yunitaaapipit

Bertemu Sang Kesatria Supernova

Kesatria? Wow, jika mendengar kata kesatria pasti kalian membayangkan seorang pria gagah berani dari kerajaan, tapi sang kesatria yang aku maksudkan adalah pria tampan, pintar akting, jago nge-DJ, sukses karena kerja kerasnya sendiri dan banyak sekali prestasinya. Adakah yang tahu siapa dia?
Dia ini salah satu aktor Indonesia yang berbakat. Filmnya banyak yang box office! Baiklah.. baiklah.. aku kasih tahu judul-judul filmnya, yaitu : Realita Cinta: Rock & Roll, Dibawah Lindungan Ka’bah, 5cm, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, and the upcoming is Supernova. Yeah!!
            9 November 2014, aku baru saja menghadiri seminar perfilman yang diselenggarakan oleh mahasiswa Undip Semarang. Aselik! Sampai sekarang belum percaya bisa ketemu bang Junot. Salah satu alasan dulu pengen kuliah di Semarang adalah biar bisa ketemu artis. Wakaka! Sebenarnya sebelum acara ini, 3 bulan yang lalu bang Junot ke Semarang dan kebetulan saat itu aku masih ospek kuliah, jadi tidak bisa maksain ketemu bang Junot. Waktu lagi WiFi-an malam-malam di kampus, aku iseng cari acara-acara seminar buat ngisi waktu weekend daripada melongo di kosan. Aku cari-cari melalui twitter, biasanya banyak yang promosi melalui twitter.
Wah! Aku nemu poster dalam bentuk foto bahwa akan diselenggarakan seminar perfilman yang diadakan tanggal 9 November 2014 di Undip. Sebenarnya, sebelum aku nemu poster seminar perfilman ini, aku niat mau ikut seminar yang mana pembicaranya adalah Mery Riana “Manusia Satu Juta Dollar.” Berhubung nemu poster bang Junot dan ku harus pilih salah satu karena efek duid seret, aku pilih ikut seminar perfilman saja. Aku mulai cari mangsa nih buat dijadiin temen kesana. Aku ajakin Ningrum & Rodiyah. Mereka antusias banget. Apalagi Rodiyah semangat banget.
            Minggu, 9 November pukul 06.30 WIB kita berangkat dari kos menuju gedung Prof. Soedharto Undip Tembalang. Aku nelpon taxi biar kita langsung dijemput dan dianter ke kosan. Asal kalian tahu, banyak cobaan menjelang hari H. Sabtu malam, listrik kosanku konslet dan baru akan diperbaiki esok paginya pas aku ke Tembalang. Padahal aku butuh banget listrik karena ponselku lowbat dan esoknya mau aku pakai buat foto-foto bang Junot. Pagi harinya, 30 menit sebelum aku ke Undip, aku bolak-balik mushola samping kos buat numpang ngecharge. Hahaha. Itu pun juga dilakukan diam-diam, takut ketahuan petugas mushola atau warga. Gak sampe 10 menit numpang ngecharge, listrik kosan tiba-tiba nyala dan pffiuuuh.. langsung aku balik ke kos dan lanjuin ngecharge.
            Tepat pukul 06.30 WIB, aku & Rodiyah siap-siap nungguin taxi di depan gang. Di jalan kebetulan papas an sama Ningrum yang sudah rapi dengan busana khas tomboynya. Ningrum sampai bawa nasi bungkus karena dia belum sempat sarapan di kos. Akhirnya, Ningrum makan nasi bungkus di dalam taxi. Tiba di Undip, sudah banyak mahasiswa yang nunggu di depan gedung Prof. Soedharto yang dominasinya adalah mahasiswa Undip sendiri. Kita disambut baik oleh panitia disana.

Panitia : “Ini temen-temen darimana nih?”
Kita     : “Unnes.”
Panitia : “Wah, terima kasih ya sudah menyempatkan kesini.”
Kita     : “Iya.”
Panitia : “Nanti Junotnya datang sekitar jam 10.”
            Disitu, aku langsung mikir. Emang muka aku ini muka-muka pengen ketemu Junot banget yak? Padahal bintang tamunya buka bang Junot aja. Ada ibu Lily dari KPI Pusat dan Dodit Mulyanto (Stand Up Comedy). Nunggu dari pukul 07.00 WIB dan sampai pukul 09.00 kita baru dibolehin masuk gedung. Demi bang Junot apa sih yang enggak. Aku bela-belain gak ngeluh. Bhahahak.
            Pembicara pertama adalah Ibu Lily dari KPI Pusat. Dari uraian materi yang disampaikan, aku jadi tahu betapa pentingnya peran KPI Pusat dalam mengawasi acara-acara TV di Indonesia. Inti yang dapat aku petik dari uraian bu Lily adalah tontonlah tontonan yang baik, edukatif, dan tidak ada unsur kekerasan di dalamnya.
            Dan sampailah pada saat yang ditunggu-tunggu. Pewara memanggil bang Junot, dan dia pun keluar. Aselik! Ganteng banget meeeennn!!! Aku sampai gak fokus dia ngomong apaan pas awal-awal gara-gara terpesona. Hahahak!

Dari seminar itu, aku dapat mengambil simpulan. Bang Junot tuh emang aktor sejati. Dia itu gak sembarangan pilih film yang akan diperankan. Menurutnya, bagus tidaknya suatu film itu relatif. Dia itu punya kebiasaan menilai suatu film yang ditawarkan yaitu dengan membaca 10 halaman pertama skenario film tersebut. Jika 10 halaman pertamanya bagus, dia akan ambil peran di film itu. Setahu aku, bang Junot ingin main film yang bisa dipertanggungjawabkan kepada anak-anaknya ketika nanti punya anak dan bisa dipamerin ke anak-anaknya nanti.
            Bang Junot ini kalau lagi nyeritain lawan mainnya yang cewek seperti Pevita Pearce & Raline Shah dengan sebutan “mbak cantik.” Hahaha. Kata bang Junot, menilai sebuah film yang patut ditonton atau tidak itu gampang. Caranya dengan melihat poster filmnya. Kalau ada pose-pose “ouh” “wow” “ih” gitu sudah pasti tidak patut ditonton. Apalagi yang judulnya aneh-aneh kayak “Pocong Bergoyang” atau apapun lah yang aneh-aneh jangan ditonton. Yang aku salut dari bang Junot adalah dia mengenali nama salah satu fansnya yang setiap bang Junot ke Semarang. Fansnya itu selalu menjemputnya di bandara. Woh! Jadi langsung mikir, fans macam apa aku ini. Sekitar 1 jam, bang Junot cerita panjang lebar mengenai perfilman. Tibalah saat, dia harus pulang dan kembali ke Jakarta. Huhuhu sedih banget sampai pulang ke kosan, kecapean sampai tidur pun langsung mimpi bang Junot. Blah. Maap lebay. Sekian.
"Support film Indonesia yang dibuat dengan bagus dan bertanggung jawab." – Herjunot Ali

Pepo Beye

      Adakah yang mengenal Pepo Beye? Opah Beye? Ngg.. kalau Pak SBY? Yup, itu semua adalah sebutan untuk mantan Presiden Indonesia keenam yakni Susilo Bambang Yudhoyono. Pepo Beye dikenal sebagai orang yang tegas, santun, dan strategi ulung. Walaupun pernah menjabat sebagai orang nomor satu di Indonesia,  beliau sangat menyukai tempe, tahu, dan kerupuk “mlempem.” Wah.. merakyat sekali ya. Pepo ini beneran merakyat lho, bukan pencitraan seperti………………… ngggggg silakan isi sendiri deh.
            Nama Susilo berasal dari kata “Susila” yang berarti sangat baik. Kata “Bambang” yang berarti pemuda, sedangkan “Yudhoyono”  berarti pemenang dalam peperangan. Jadi makna dari nama Susilo Bambang Yudhoyono adalah pemuda baik yang menang dalam peperangan. Gak salah ibunda dari Pepo member nama sebagus ini pada Pepo. Beliau memiliki hobi membaca dan berbakat menciptakan lagu. Jarang-jarang seorang presiden jago bikin lagu.
            Aku mengenal Pepo Beye sejak aku sekolah dasar dan sekarang aku sedang menginjak bangku perkuliahan semester awal. Lama banget kan secara pepo berkuasa 2 periode. Aku kagum sama sosok Pepo sejak membaca buku karya Dino Pati Djalal yang berjudul “Harus Bisa!” Buku tersebut menceritakan sosok seorang Susilo Bambang Yudhoyono lebih intens. Di dalamnya menceritakan kegiatan dan kejadian yang pernah dialami seorang Presiden SBY. Dari mulai kegiatannya sehari-hari sampai saat Pak Presiden dan para pembantunya mengunjungi daerah Nangroe Aceh Darussalam yang pada saat itu mengalami bencana tsunami. Di dalam buku itu, terdapat sebuah foto yang menggambarkan seorang Presiden SBY menitihkan air matanya melihat rakyatnya tergeletak tak berdaya tertimpa bencana.
             
Ada yang kepikiran gak kenapa semenjak Pepo menjabat sebagai Presiden sejak tahun 2004, sikap mantan Presiden Megawati Soekarno Putri sepertinya tidak suka dengan Pepo Beye. Mungkin gara-gara Pepo mengundurkan diri sebagai menteri pada kabinetnya untuk maju sebagai Calon Presiden bersaing dengan dirinya. O’ya, pada waktu itu kan ada 5 kandidat pasangan capres dan cawapres yang mencalonkan diri dan pada saat pembagian nomor urut Pepo & Memo lagi beribadah di Tanah Suci Mekkah kemudian Pepo mendapat telepon dari pegawainya bahwa beliau mendapatkan nomor urut 4. Pepo Beye bersyukur mudah-mudahan ini yang terbaik pemberian dari Allah SWT. Dan benar saja, pepo dan pasangannya yakni Pak Jusuf Kalla menang dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Periode 2004-2009. Pepo dilantik menjadi Presiden tanggal 20 Oktober 2004, sehingga HUT Kemerdekaan yang ke-59 Pembina Upacara dimpimpin oleh Presiden yang masih menjabat yaitu Presiden Megawati. Karena pengumuman bahwa pemenang Pilpres adalah Pepo, dan pada saat itu yang bertugas menjadi komandan upacara adalah putra kandung dari Pepo yaitu Agus Harimurti Yudhoyono, tiba-tiba Presiden Megawati tidak mau menghadiri Upacara HUT Kemerdekaan RI ke-59 jika komandan upacaranya adalah Agus Harimurti dengan alasan yang tidak logis. Agus mengerti, sebagai prajurit dia melaksanakan perintah atasannya walaupun atasannya tidak suka padanya. Padahal Agus Harimurti sudah berlatih jauh-jauh hari untuk persiapan HUT Kemerdekaan RI ke-59, tetapi setelah Pepo menjabat. Tak sedikitpun Pepo memiliki rasa dendam pada putri pertama Presiden Soekarno itu. Pada tahun 2009 peristiwa seperti ini terjadi kembali pada saat Pilpres 2009, pada saat pembagian nomor urut kanditat capres-cawapres Pepo dan Bu Megawati (Mak Banteng) bertemu lagi, keduanya sama-sama bersaing kembali memperebutkan kursi orang nomor 1 di negeri ini. Setelah pembagian nomor urut selesai, setiap calon presiden dan wakil presiden berjabatan tangan satu sama lain. Saat semua kandidat sedang bersalaman, bu Mega malah berusaha menghindar dari Pepo Beye, tetapi salah seorang wartawan memanggil bu Mega untuk bersalaman terlebih dahulu dengan Pepo. Pepo Beye menjabat tangan Bu Mega, keduanya bersalaman tanpa beradu pandang, terlihat dingin memang. Sikap Mak Banteng yang berusaha menghindar dari Pepo Beye bukan merupakan sikap negarawan sejati. Walaupun hubungan Pepo dengan Bu Mega tidak harmonis, tetapi hubungan Pepo dengan suami Bu Mega yakni (Alm) Taufik Kiemas terjalin harmonis. Pernah suatu kali, setelah upacara Hari Pahlawan di makam Pahlawan, tiba-tiba Pepo menanyakan kepada Paspamres dimana letak makam orangtua dari Pak Taufik Kiemas karena Pepo Beye ingin mengunjunginya. Betapa mulianya hati Pepo.
Pepo & Airlangga
            Menjelang akhir masa baktinya sebagai Presiden Indonesia, Pepo dihadapkan masalah baru yakni isu walkout yang diperintahkan oleh dirinya. Padahal Pepo tidak pernah menyuruh kader partainya untuk walkout pada sidang membahas mengenai Undang-undang Pilkada , tetapi ada sejumlah oknum yang mengkambing hitamkan beliau. Sehingga banyak hashtag #ShameOnYouSBY #RIPDemokrasi bertebaran di media sosial khususnya Twitter. Aku bahkan sampai sedih karena di akhir masa baktinya, rakyat malah menuduhnya sebagai aktor pembunuh demokrasi. Banyak yang menyangkut pautkan dengan zaman Orde Baru. Hashtag itu bertengger di TTWW Twitter beberapa hari, tetapi Pepo tidak menggunakan kekuasaanya untuk menindas rakyat yang menuduhnya sebagai dalang dari permasalahan tersebut.
            Pepo Beye sangat beruntung memiliki istri sepintar dan secantik Ibu Ani Yudhoyono. Menurutku keduanya lebih serasi disbanding Habibie & Ainun. Keduanya juga patut bersyukur karena memiliki cucu-cucu yang pintar yaitu Almira Tunggadewi Yudhoyono dan Airlangga Satriadhi Yudhoyono. Mudah-mudah kelak ketika dewasa, Aira dan Airlangga dapat meneruskan tongkat estafet Peponya yang mengabdikan seluruh jiwa raganya pada negeri ini. Setelah habis masa bakti sebagai presiden, tentu Pepo mempunyai banyak waktu luang untuk bermain dan menghabiskan waktu bersama keluarga terutama untuk Airlangga dan Almira. 

            Intinya, banyak yang aku kagumi dai sosok Susilo Bambang Yudhoyono. Sifatnya patut dicontoh. Aku sangat berterima kasih atas segala hasil kerja keras Pepo untuk negara ini. Banyak prestasi yang dicapai oleh Indonesia ketika Pepo memimpin. Berkat beliau, seorang anak tukang becak sekarang bisa kuliah di Inggris. Dan masih banyak jasa-jasa Pepo yang tak terhitung untuk negeri ini. Terima kasih, Pepo. Semoga Allah senantiasa kesehatan dan kebahagiaan untukmu dan keluarga.
“Keputusan saya harus sesuai dengan yang dikehendaki rakyat, tapi kalau rakyat salah mengerti, saya bisa meluruskan, bukan itu yang saya maksudkan sebagai Presiden tapi ini. Melalui media sosial itulah saya bisa leluasa bahkan dan kemudian memilih kadang-kadang twitter lebih bagus, tetapi kadang-kadang youtube lebih komprehensif. Dengan demikian saya siap dibully, lebih bagus daripada apa yang saya sampaikan tidak sampai kepada mereka semua.” - SBY

Rama & Shinta Sesungguhnya

Baru kali ini aku melihat orang yang tidak berani jujur pada dirinya sendiri. Orang yang aku maksud disini adalah seorang laki-laki yang tidak mampu mengembalikan cintanya yang selama ini ia tunggu-tunggu padahal wanita yang ia cintai ada di depannya sekarang. Laki-laki itu berbohong pada dirinya sendiri bahkan sampai ia menikah dengan orang lain yang ia nikahi karena alasan “dia baik.”
Sebut saja dia “Rama” dan wanita yang sebenarnya dia cinta dengan sebutan “Shinta.” Serta sebut wanita yang menjadi istri Rama dengan sebutan “Vina”. Mungkin benar pepatah yang berbunyi “Cinta tak harus memiliki.” Menurutku, cinta abadi Rama bukanlah Vina melainkan Shinta. Rama & Shinta sama-sama ingin kembali seperti dahulu ketika mereka berdua baru mengenal cinta. Ketika itu Rama & Shinta sedang berjuang bersama meraih impian mereka. Sederhana saja, mereka ingin menjadi kebanggaan keluarga masing-masing. Saat sedang berjuang bersama-sama itulah mulai tumbuh benih-benih cinta diantara mereka berdua. Belum lama keduannya menjalin hubungan, Rama mengkhianati kesetiaan Shinta yang akhirnya berujung pada perpisahan.
Mereka berjuang sendiri-sendiri dalam menggapai impian mereka. Suatu ketika Rama terlibat satu perkerjaan dengan Vina dan Flora yang membuat Rama jatuh hati pada Flora begitupun Flora. Rama dan Flora akhirnya memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih, tetapi sifat Flora yang mudah terbakar cemburu membuat hubungan mereka berdua tidak berjalan lama. Pernah suatu hari, Rama mendapat tawaran pekerjaan yang mengharuskannya bekerjasama dengan mantan kekasihnya, Shinta. Flora marah besar hingga ia membuat pilihan yang harus dipilih Rama saat itu juga. Rama harus memilih Flora kekasihnya atau Shinta mantan kekasih yang mungkin masih ia sayangi. Rama memutuskan memilih Shinta dengan alasan pekerjaan tersebut sangat penting baginya.
Setelah berpisah dengan Flora, Rama berpetualang dengan banyak wanita antara lain : Ratna, Amira, Cinta, Shara, dan akhirnya berlabuh pada Vina. Saat Rama baru saja putus dari Cinta dan berstatus sendiri. Ia mendengar kabar bahwa Shinta baru saja putus juga dari kekasihnya. Dan momen ketika ulang tahun Shinta lah Rama memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya kembali pada Shinta. Rama membawa sebuah kue tart bertuliskan “Happy Birthday Shinta J.” Ketika baru sampai gerbang rumah Shinta, Rama melihat Riko seorang pria yang dikabarkan sedang dekat dengan Shinta. Rama pesimis, ia kembali ke mobilnya dengan kue tart masih di tangannya. Ternyata feeling Rama benar, Riko menyatakan perasaanya pada Shinta pada malam ulang tahun Shinta dan Shinta menerimanya. Rama pasrah, ia benar-benar galau. Seharusnya ia tidak datang terlambat ke rumah Shinta. Tak terasa air mata pun menetes jatuh ke pipinya. Entah apa yang dipikirnya, bukannya pulang. Rama malah mengendarai mobilnya menuju rumah Shara, wanita yang usianya lebih dewasa darinya yang menjadi tempat curhatnya akhir-akhir ini. Yang lebih mengejutkannya lagi, Rama menyatakan perasaanya pada Shara saat itu juga. Shara lantas menerimanya karena ia memiliki perasaan lebih pada Rama.
Empat tahun berjalan, Rama dan Shinta menjalani kehidupannya bersama pasangan masing-masing. Rama dengan Shara dan Shinta dengan Riko. Riko termasuk pria pencemburu. Ia melarang Shinta untuk bertemu dengan Rama. Rama mengetahui itu dari sikap Shinta yang bersikap dingin dan menolak untuk bertemu dengan Rama. Menjelang akhir tahun terdengar kabar bahwa Rama akan menikahi Shara, kabar ini lantas terdengar oleh mama Rama yang tidak menyetujui hubungan Rama dengan Shara. Entah ada masalah apa, Rama dan Shara memutuskan untuk berpisah.  Sementara itu, hubungan antara Shinta dan Riko sedang renggang karena semula mereka memiliki rencana untuk menikah tetapi terhalang oleh perbedaan keyakinan. Shinta dan Riko juga memutuskan untuk berpisah karena mereka tidak mungkin melanjutkan hubungan yang jelas memiliki perbedaan yang cukup besar.
Rama mengetahui bahwa Shinta kini sudah tidak memiliki hubungan lagi dengan Riko, begitupun Shinta. Kemudian Shinta menuliskan semua luapan perasaannya pada sebuah surat yang ingin ia kirim pada Rama yang menceritakan bahwa sebenarnya Shinta ingin kembali pada Rama, tetapi surat tersebut tidak pernah sampai pada Rama karena Shinta tidak pernah mengirimkannya pada Rama. Beberapa tahun setelah Rama putus dari Shara, ia tidak pernah bertemu lagi dengan Shinta. Sehingga suatu hari ia bertemu dengan seorang wanita cantik dan pintar, yakni Vina. Rama kagum dengan sifat Vina yang berbeda dengan wanita-wanita kebanyakan. Sehingga Rama pun jatuh hati pada Vina. Ia menjalin hubungan serius dengan Vina. Mama Rama pun menyukai sifat Vina yang keibuan dan penyayang. Walaupun begitu, Rama merindukan sosok Shinta. Ia ingin bertemu dengan Shinta sekadar untuk bertanya kabar. Shinta mendapatkan tempat istimewa di hati Rama. Bahkan Rama menyebutnya sebagai “Mantan terindah.” 
Saat Rama sedang menjalin hubungan serius dengan Vina. Ia dipertemukan dengan Shinta yang ia tunggu selama ini. Sahabat-sahabat Rama lebih senang jika Rama menjalin hubungan kembali dengan Shinta. Mereka tau, Rama cinta mati dengan Shinta. Walaupun Rama sering berganti-ganti pacar, tetapi di dalam hati Rama paling dalam ada sebuah tempat yang ia susun dengan rapi untuk Shinta. Rama pernah berujar bahwa jika Shinta putus dengan Riko, ia akan segera menyatakan perasaan pada Shinta dan meminta Shinta kembali padanya, tetapi itu hanya omong kosong belaka. Bahkan sampai Shinta putus dengan Riko, Rama tak kunjung menyatakan perasaanya kembali pada Shinta.
Suatu hari, Rama berujar pada Shinta “kamu selalu datang terlambat.” Shinta hanya tersenyum. Beberapa bulan lagi adalah hari pernikahan Rama dengan Vina, bukannya bahagia tetapi membuat Rama semakin galau. Ia bingung apakah harus memilih Vina yang sudah menjadi tunangannya atau Shinta yang ia tunggu-tunggu selama ini. Demi mamanya yang ia cintai, Rama pun memutuskan untuk menikahi Vina. Gadis yang sudah merebut hati mamanya. Sebelum Rama menikah, Rama memberikan sesuatu untuk Shinta, tetapi Shinta menolaknya dengan sopan. Rama juga sangat menginginkan Shinta untuk datang ke pernikahannya dengan Vina, tetapi Shinta tidak bisa mengabulkan permintaan Rama. Shinta harus terbang ke Beijing karena pekerjaan yang harus ia selesaikan.


Memang benar, cinta tidak harus memiliki. Tetapi cinta itu akan selalu tumbuh kapanpun cinta itu mau.

Pendapatku Pendapatmu

Kalian menyukai orang yang suka atau sering mengusulkan sesuatu gak? Tentunya mengusulkan sesuatu yang membangun. Apakah kamu termasuk salah satu orang yang sering mengusulkan ide tau pendapatmu?
Orang yang suka mengusulkan pendapat yang membangun tentu baik. Berarti orang tersebut banyak memiliki tujuan baik yang ingin dicapai bersama. Aku adalah salah satu orang yang sering mengusulkan pendapat, bahkan lebih sering pendapatku ditolak atau belum diterima, tapi aku termasuk orang yang belum bisa menerima pendapat orang lain. Pantesan yoo pendapatku sering ditolak. Xoxo.
Ketika aku berpendapat dan pendapatku ditolak, jika menolaknya dengan baik dan sopan, aku tidak mempersoalkannya, tetapi jika pendapatku ditolak dengan cara kasar atau dalam bahasa Jawanya “nesu,” aku langsung diam dan males ngomong lagi, tapi mimik mukaku tidak merasa kecewa. Aku berpendapat dengan baik dan sopan, tidak sepantasnya menolak dengan cara yang tidak sepatutnya. Mungkin mereka lupa pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan guru-guru mereka ketika SMP dulu tentang bagaimana menyanggah pendapat orang lain dengan baik dan sopan.
Saran dari aku, kalo kamu ingin menyanggah pendapat gunakanlah tutur kata yang baik dan sopan, tidak perlu bawa-bawa emosi. Percuma, kalo bawa-bawa emosi ujung-ujung bikin malu sendiri. Keliatan kepribadian kamu yang sebenarnya dari cara kamu menyanggah pendapat. Sedangkan jika pendapatmu ditolak, jangan terbawa emosi. Kamu bisa menjelaskan dengan tutur kata yang baik dan tidak perlu terpancing emosi. Kalo kamu merasa kamu tidak mampu menjelaskan dengan sejelas-jelasnya karena posisi kamu terdesak, maka yang lebih baik kamu lakukan adalah diam. Kamu tau pendapatmu baik. Jangan bersedih hati. Tuhan mengetahui niatmu yang baik. 
Aku tuh punya temen, gak tau kenapa pendapatku sama pendapat dia selalu beda. Kalo aku suka sama suatu hal, dia gak suka sama hal itu. Intinya selalu bertentangan dengan pendapatku. Tiap aku berpendapat pasti dia orang nomor wahid yang kontra. Dari hal yang sepele sampai hal yang menurut aku penting. Contohnya, aku kan suka sama couple Rabel (Raffi & Bella), nah dia sukanya sama couple Rans (Raffi & Nagita). Yang paling rame kalo topiknya tentang politik. Aku kan penggemar Koalisi Merah Putih tentunya aku cenderung memihak ke Pak Prabowo, sedangkan dia golongan Panasbung (Pasukan Nasi Bungkus) hahaha tau kan pendukungnya siapa? Bhihihik..
Tadi kan aku lagi main twitter, terus aku baca tweet (pake suara) yang bunyinya "KIH bikin DPR tandingan, hanya akan merugikan rakyat." Nah, dia respon, "Ya berarti adil dong, toh DPR sekarang isinya orang-orang KMP." Aku menjawab lagi, "Walaupun sebagian besar DPR periode ini isinya orang-orang KMP, tapi itu kan hasil mufakat sidang paripurna bukan karena keinginan golongan." Dia menimpali, "Bukan sebagian besar lagi, TAPI SEMUANYA!" Aku ikut menimpali, "Tapi setidaknya tidak membuat DPR tandingan, itu salah satu tanda tidak kedewasaan dalam berpolitik. DPR tadingan tidak memiliki payung hukum." Kemudian dia diem.
Beberapa menit kemudian, aku baca tweet yang isinya kalo seminar dengan tiket harga 100 ribu gak jadi foto bareng bang Herjunot Ali, tetapi foto bareng bintang standup comedy. Padahal pengumuman sebelumnya kalau tiket 100 ribu bisa foto bareng bang Junot. Terus aku ngasih tau ini ke temenku yang bernama Jaenah. Tiba-tiba temenku si kontra nomor  wahid ini nyeletuk, "Terserah Junot mau foto bareng siapa aja keleus.." Aku langsung diem sambil mikir, "APA HUBUNGANNYA? HUAKAKAKAK." Nih, bagi siapa saja yang doyan ngeritik. Berpikir ulang dahulu sebelum bicara, kadang omongan kamu sendiri yang akan menjatuhkkanmu. Demikian.

Orang Cerdas dan Tidak Cerdas

                ORANG cerdas memahami konsekuensi setiap jawaban dan menemukan bahwa di balik sebuah jawaban tersembunyi beberapa pertanyaan baru. Pertanyaan baru tersebut memiliki pasangan sejumlah jawaban yang kembali akan membawa pertanyaan baru dalam deretan eksponen sial. Sehingga mereka yang benar-benar cerdas kebanyakan rendah hati, sebab mereka gamang pada akbiat dari sebuah jawaban. Konsekuensi-konsekuensi itu mereka temui dalam jalur-jalur seperti labirin, jalur yang jauh menjalar-jalar, jalur yang tak dikenal di lokus-lokus antah berantah, tiada berujung. Mereka mengarungi jalur pemikiran ini, tersesat jauh di dalamnya, sendirian.
                Godaan-godaan besar bersemayam di dalam kepala orang-orang cerdas. Di dalamnya gaduh karena penuh dengan skeptisisme. Selesai menyerahkan tugas kepada dosen, mereka selalu merasa tidak puas, selalu merasa bisa berbuat lebih baik dari apa yang telah mereka presentasikan. Bahkan ketika mendapat nilai A plus tertinggi, mereka masih saja mengutuki dirinya sepanjang malam.
                Orang cerdas berdiri di dalam gelap, sehingga mereka bisa melihat sesuatu yang tak bisa dilihat orang lain. Mereka yang tak dipahami oleh lingkungannya, terperangkap dalam kegelapan itu. Semakin cerdas, semakin terkucil, semakin aneh mereka. Kita menyebut mereka: orang-orang yang sulit. Orang-orang sulit ini tak berteman, dan mereka berteriak putus asa meohon pengertian. Ditambah sedikit saja dengan sikap introvert, maka orang-orang cerdas semacam ini tak jarang berakhir di sebuah kamar dengan perabot berwarna teduh dan music klasik yang terdengar lamat-lamat, itulah ruang terapi kejiwaan. Sebagian dari mereka amat menderita.
                Sebaliknya, orang-orang yang tidak cerdas hidunya lebih bahagia. Jiwanya sehat walafiat. Isi kepalanya damai, tenteram, sekalius sepi, karena tak ada apa-apa di situ, kosong. Jika ada uara memasuki telinga mereka, maka suara itu akan terpantul-pantul sendirian di daam sebuah ruangan yang sempit, berdengung-dengung sebentar, lalu segera keluar kembali melalui mulut mereka.
                Jika menyerahkan tugas, mereka puas sekali karena telah berhasil memenuhi batas akhir , dan ketika mendapat nilai C, mereka tak henti-hentinya bersyukur karena telah lulus.
                Mereka hidup di dalam terang. Sebuah senter menyiramkan sinar tepat di atas kpala mereka dan pemikiran mereka hanya sampai pada batas lingkaran cahaya senter itu. Di luar itu adalah gelap. Mereka selalu berbicara keras-keras karena takut akan kegelapan mengepung mereka. Bagi sebagian orang, ketidaktahuan adalah berkah yang tak terkira.



Sumber : Hirata, Andrea. 2008. Laskar Pelangi. Yogyakarta: Bentang.

Jang Terjaim 2014

"....Jang yang ganteng bikin semua seneng"
Itu sepenggal lirik Yel-yel ospekku. Jadi, aku punya Jang yang jaimnya Masya Allah, tapi sekali dia senyum walaupun itu cuma senyum simpul, manisnyaa Subhanallah!! Jang itu nama panggilan kakak laki-laki di fakultasku.
Pertama kali aku ketemu dia saat aku mau upacara 17 Agustusan, kebetulan dia lagi bertugas dokumentasikan foto-foto Mahasiswa Baru. Tapi, sebelum ini aku sering ketemu dia deh dan baru ngeh sekarang. Orangnya kurus, mukanya kalem, rambutnya setttt.... intinya super jaim!
Baru nyadar dia perhatian waktu aku lagi baris terus doi nanya, "Kamu gak apa-apa? Kalo sakit bilang ya."
Nyesss! Aku lantas kaget, orang yang selama ini aku pikir jaim, jutek, cuek ternyata perhatian dan peduli.
Hari-hari ospek menyenangkan berkat doi. Huek. Blah. Maaf lebay. Xoxo.
Waktu aku cari tau nama doi, susah banget. Sampe kepikiran mau nanya nama dia ke kelompok bimbingannya, tapi gak jadi wlee. Aku akhirnya tau nama doi berkat kerja keras sendiri. Gak pake cara nanya-nanya kepo ke orang lain. Xixixi. *devil smile*
Sore kemarin iseng cari tau medsos yang dia punya, WALAAA akhirnya namu facebook dan twitternya. Aku gak add facebooknya, follow twitternya doi sudah cukup. Duh, beberapa maba pada mention minta follback. Abis aku ngefollow doi, twitterku langsung aku protect biar kalo doi follback bisa aku pikir-pikir dulu. Hahahak pede banget kayak mau difollback beneran.
Pagi tadi waktu aku upacara Pramuka masih ada beberapa panitia ospek yang lagi siap-siap pulang ke rumah. Soalnya mereka semua pada nginep di kampus. Aku celingak-celinguk sapa tau ada doi lewat kan lumayan bisa ngilangin ngantuk. Eh ternyata beneran dia lewat dan sempetin liat aku dan maba yang lain duduk-duduk di lapangan ikut kegiatan pramuka. Doi pake baju ungu sambil nyangking handuk di pundaknya, seperti biasa dengan wajah jaimnya.
Waktu aku mau pulang dari auditorium, aku lewat gedung B1 soalnya disana sepi biar gak umpel-umpelan gitu. Ternyata disana ada sosok Jang Terjaim lagi nongkrong sambil ngerokok. Jang, kenapa kamu harus merokok? Kasihan organ tubuhmu. Aku baru inget, Yayik kemarin bilang ke aku, "Kayaknya doi ngerokok deh," tapi aku gak percaya.
Sorenya, aku masih ada acara pentas seni di kampus, eee doi dateng padahal doi gak ikut organisasi Pramuka. Woh! Gak jadi bete deh akoo.
Jaim-jaim gitu doi kayaknya pemalu. Masa waktu Welcoming Party kemarin, yang lain pada joged, doi gak ikutan joged. Masih tetap dengan kejaimannya.
Ba'da Maghrib tadi aku buka twitter, betapa seneng dan gak percaya doi ngefollback twitterku. Senengnyaaahhhhhh!!! Untung udah aku protect. Jadi aku bisa ngetweet ngalay dulu. Kwkwkw.
Tuh kaannnn dibalik kejaimannya, sebenernya doi sangat baik dan peduli.
Seandainya keripik sepeka Jang itu ya. Tenang aja kok, aku cuma kagum saja sama Jang Jaim itu. Hatiku masih untuk kamu, duhai kakak kelas yang aku tunggu-tunggu 3 tahun terakhir ini.

Antara Hati dan Air mata

Suatu hari, seorang gadis perempuan menangis diam-diam. Ia teringat seseorang yang 3 tahun terakhir ini mengusik hati dan pikirannya. Tak sedetik pun ia tak memikirkan seorang laki-laki yang selalu ia sebut namanya ketika ia memohon pada Tuhannya. Gadis itu menangis hingga ia terlelap tidur. Kemudian ia bermimpi, dilihatnya hati dan air matanya berseteru di depan mata kepalanya.
Hati              : “Kamu kenapa? Menangis lagi? Percuma terus menangis. Orang yang kamu puja-puja itu tidak akan pernah tau kamu disini menangisinya.”
Air mata       : “Selain menangis aku bisa apa? Aku sangat merindukannya.”
Hati              : “Bukankah kamu pernah berjanji pada dirimu sendiri bahwa kamu tidak akan pernah lelah                               mencintai dia bahkan jika Tuhan belum merestui kamu dan dia bertemu kembali, kamu akan                         tetap mencintainya.”
Air mata       : “Tapi, aku cemburu ketika ada orang lain yang bisa membahagiakan dia selain aku.”
Hati              : “Lho, itu kan sudah risiko yang harus kamu tanggung. Kamu bukan siapa-siapanya dia, ingat                           itu! Seharusnya kamu bersyukur. Dia terus menutup hati untuk orang lain entah sampai kapan                        dia terus menutup hati untuk sekarang ini. Bahkan, di sekililing dia banyak wanita-wanita                                cantik dan pintar, dia tetap menutup hatinya untuk mereka. Tuhan punya rencana dibalik itu                            semua.”
Air mata        : “Jika tiba-tiba dia tertarik dengan salah satu dari mereka, aku bisa apa. Aku tidak secanti dan                         sepintar wanita-wanita disekeliling dia. Aku hanya pungguk yang merindukan bulan.”
Hati               : “Kamu tidak percaya dengan kuasa TuhanMu? Kamu meragukannya, hah? Percuma kamu                            setiap waktu memohon pada-Nya, tapi di hati kecilmu, kamu malah meragukan kuasa-Nya.                          Tuhanmu menciptkan manusia berpasang-pasangan. Kamu butuh dia untuk mengisi                                        kekuranganmu, juga sebaliknya. Itulah gunanya pasangan. ”
Air mata        : “Apa yang harus aku lakukan selanjutnya? Terus diam sampai Tuhan mempertemukan aku                             dan dia?”
Hati               : “Teruslah memohon pada-Nya agar selalu menjaga dia sampai saatnya kalian bertemu                                    Sampai saat dimana kalian benar-benar saling membutuhkan untuk saling mengisi dan                                    berbagi. Perjalanan cinta sejati tidak akan pernah berjalan mulus.”

Reunion!

      

     Senengggg banget banget deh ketika kita bisa ada di tengah-tengah orang yang sayang sama kita, salah satunya adalah teman-teman kita. Apalagi temen-temen SMP, mereka adalah orang-orang yang melewati masa remaja bersama kita di sekolah. Dimana kita masih culun-culunnya, kucel, banyak deh.
3 Agustus 2014 resmi pertama kali kita reunian bareng seangkatan. Engggg.. sebenernya ini reunian kedua bagi aku, soalnya taun kemarin aku ngadain acara reuni kecil-kecilan hanyak untuk temen2 deketku dan gak formal bingit tapi reuniannya pergi bareng ke Waduk Cacaban. Aku udah pernah cerita kok di blog ini, kalian cari aja wokkeey?!
Kenapa reuni 3 Agustus 2014 ini bisa terjadi? Gimana awalnya?
  •             Waktu masih bulan Ramadhan, aku kan buka facebook tuh. Namanya juga anak gahol, ya gak? Xoxoxo. Tiba-tiba.. yaa gak tiba-tiba banget juga sik. Ada salah satu temen SMPku, namanya Markhamah update foto terbaru di pesbuk dengan title, “Reuni with temen-temen MTs.” Intinya statusnya begitu deh ya. Mereka kurang lebih 10 orang kumpul bareng di café. Ih jahat, reuni gak ngundang-ngundang. Cukup tau deh. Aku gak ngelike fotonya, sok bête gitu. Wakaka!


Eh, tapi kok di fotonya ada orang-orang yang wajahnya asing buat aku. Aku gak kenal beberapa dari mereka. Mukanya sangar-sangar. Pakaiannya item-item pula. Beberapa orang yang sangar tadi itu gak pernah sekelas sama aku. Maklum, aku masuk kelas unggulan terus sampe kelas 3 SMP. Jadi, sekelasnya sama orang-orang yang rapi. Haha. Maap bukannya sombong. Ini demi kebutuhan cerita. Tapi, gapapa deh gak ikut reuni. Aku takut ketemu orang-orang sangar. Walaupun aku gak bakalan dateng ke café itu, minimal aku diundang dong. Bete lagi deh ah.

Kok kamu bisa ikut reuni 3 Agustus?
  •            Ya, bisalah. Aku kan dapet undangannya. Jadi, waktu siang bolong, aku kan lagi mainan laptop. Tiba-tiba ada yang dateng ke rumahku, ternyata ada Markhamah, Erna & Wae. Seneng bisa ketemu mereka lagi. Wae udah tinggi loh sekarang. Hahaha. Mereka ngasih tau aku kalo bakal ada reuni tanggal 3 Agustus 2014. Terus, mereka minta aku nganterin mereka nyari rumahnya Nurrohmah & Ummu buat ngasih undangan. Karena aku adalah temen SDnya Nurrohmah & Ummu, jadi aku tau alamatnya. Abis nganter undangan ke rumah Nurrohmah & Ummu, malah keasikan diajak muter-muter nyebar undangan.


Kamu jadi tamu doang di reunian? Biasanya kan kamu orangnya paling aktif.
  • Seneng sih bisa diundang di acara reuni angkatan sendiri, tapi diem-diem sedikit kecewa karena gak dilibatin dalam acara ini. Mungkin mereka udah bisa mandiri. Positive thinking dong teteeupp. Awalnya sih jadi tamu biasa kayak temen-temen lainnya. Tapi, 3 hari sebelum eksekusi tiba-tiba ada dua orang cowok dateng ke rumah. Satunya aku kenal dan satunya enggak. Lho, itu kan Alpin sama &$#@+*> (MAAP, WAKTU ITU BENERAN AKU BELUM TAU NAMANYA SUERR GAK BOONG). Aku kira mereka dateng ke rumah mau silaturrahmi sama ayahku, kebetulan ayahku itu guru fisika mereka juga waktu SMP. Eh taunya mereka ada perlu sama aku. Ngggg… mereka akhirnya butuh bantuanku untuk acara reuni. Demi nama baik angkatan, nusa, bangsa dan negara, aku langsung setuju buat bantu mereka. Dan akhirnya aku kenalan sama ketua Panitianya yang tadi aku sebut &$#@+*> sekarang namanya adalah Budi. Kwkwkwkwkw.


Beberapa dialog kami saat itu :
Yunita : Eh, kok aku jadi terlibat gini sih? Aku kan bukan panitia. 
Budi    : Ya gapapa.
Yunita : Panitia acara reuni ini kan mereka yang kumpul di MMC café kan? Kemana mereka? Aku kan gak diajak. Alpin, kamu juga gak ikut kumpul di MMC café kan? Sakitnya tuh disini………..
Alpin   : Iya, aku juga gak diajak kumpul di MMC café. Sakitnya tuh disini……. *nunjuk pantat kemudian ngajak toss*
Yunita  : *toss*
Budi     : Gak kok, kemarin itu bukan reuni tapi cuma acara bukber biasa. *muka merah*
Yunita  : Ok, gapapa. Aku minta, nanti malem kita rapat lagi di rumahku. Ajak panitia yang lain. Kita matangkan konsep.
  
Kalian jadi rapat malemnya? Apa hasilnya?
  • Yup, jadi. Biasalah yang bikin aku bête, mereka gak on time! Tapi, untungnya Singgih dateng duluan. Hahaha, masa Singgih dateng tapi gak berani ketok rumahku. Katanya takut dan malu sama ayahku. Hampir setengah jam Singgih nongkrong di jalan kecil depan rumah om-ku. NYAHAHAHA. Padahal, badan dia gede loh kek security. Aku ajak Singgih duduk di teras depan sambil ngobrol. Lama banget nunggu yang lain dateng sampe aku bingung mau ngobrolin topik apalagi. Fffiuuuh.. akhirnya Alpin & Budi dateng. Alpin dateng langsung ngakak gara-gara aku SMS dia, “Pin, cepetan nih Singgih udah garing.” Gak lama juga, Hanif dateng. Markhamah kecapekan nyebar undangan, jadi gak bisa dateng. Sedangkan panitia yang lain? Hmmm.. gak usah ditanya! Setelah kita rapat tentang apa aja yang perlu kita siapin, aku baru tau persiapannya belum maksimal. Tapi, waktu tinggal 2 hari. Kita kejar target itu. Gilak, abis rapat malemnya badanku panas. Menggigil meennn! Dingin banget! Pikiranku muter-muter di reunian. Khawatir gimana jadinya sementara persiapan belum 100%. Besok paginya aku minum obat, soalnya pagi itu aku harus segera kumpul untuk gelada resik. Waktu ketemu temen-temen Panitia di geladi resik, gak tau kenapa langsung sembuh gitu. Ajaib!


Tapi, ternyata berhasil kan? Kok bisa gitu?
  • Waktu geladi resik panitia kumpul di venue. Sumpah! Salut sama Budi, Alpin & Singgih. Ternyata kursi udah tertata rapi berkat mereka sejak kemarin sore. Waktu gelada resik, yang kumpul itu aku, Markhamah, Budi, Alpin, Risky, Hanif, & Singgih. Aku & Markhamah ngerasa wonder woman banget! Hahaha. Masih ada dua panitia cewek lagi, tapi mereka ada yang gak dateng dan datengnya pas semuanya udah siap. Bersyukur banget. Berkat geladi resik kemarin aku bisa lebih kenal sama seseorang. Xoxoxoxo..


Gimana eksekusinya? Sukses kah?
  • Kita gak nyangka Pak Kepsek bakal dateng, padahal guru-guru gak sempet dateng karena ada acar halal bihalal. Aku dapet amanah jadi yang menyampaikan sambutan sebagai wakil alumnus 2010/2011.


Apakah ada sesuatu yang bikin kamu kecewa?
  • Hmmm.. aku tulis satu-persatu deh biar jelas apa aja yang bikin aku kecewa. Terlebih lagi membuat malu Panitia.


1)    Beberapa teman-teman kita yang cewek tidak berpakaian sepatutnya. Udah tau kan kalo SMP kita tuh basicnya sekolah Islam, tapi mereka seenaknya dateng tanpa mengenakan jilbab. Oke, gini deh. Terserah deh gak pake jilbab, tapi minimal baju dan celananya tolong dikoreksi lagi. Pantas tidak bertemu dengan teman-teman SMP yang dulu kita sama-sama terbisa mengenakan jilbab, tapi setelah lulus mereka seenaknya tidak mengenakan jilbab dan berpakaian seperti tante-tante disana. Minimal untuk acara setaun sekali ini aja deh. Gak bisa sopan? Kami sebagai Panitia malu di depan Bapak Kepsek. Aku takut angkatan kami dicap jelek oleh beliau.
2)   Sebagian besar dari mereka sulit sekali diatur. Seenaknya sendiri. Teman-teman kami yang tidak memakai jilbab itu seenaknya mengatur kursi yang sudah kami tata rapi.
3)   Menurutku, Ketua Panitianya gak tegas dan terlalu jaga image. Apalagi waktu dia menyampaikan sambutan. Parahhh!!! Waktu rapat bilangnya santai. Sumpah, aku malu di depan Pak Kepsek. Huhuhu.
4)   Ada salah satu dari teman kami yang tidak memakai jilbab itu belum membayar uang iuran tapi Ketua Panitia tidak berani menegur. Padahal banyak dari teman-teman kami yang tidak bisa ikut karena kendala uang.
5)   Salah satu panitia cewek seenaknya sendiri. Saat acara akan dimulai, dia seenaknya sendiri mengubah-ubah susunan acara. Bahkan Singgih & Markhamah pun kurang suka dengan doi. Rapat tuh kemarin-kemarin bukan saat eksekusi!
6)   Udah deh segitu aja. Lainnya aku aja yang tau.

Ada kah yang bikin kamu gak nyangka bakal terjadi?
  • Ada dong. Selain aku bisa ngobrol intens sama seseorang. Wakaka! Aku juga gak nyangka sama cowok yang dulu sering ngeledek aku sekarang udah taubatannasuha. Pertama sih aku takut ketemu dia, takut diledek lagi. Dia juga keliatan ngehindar dari aku, tapi aku beranikan diri ngajak dia salaman. Trus kita salaman tanda pertemanan. Sekarang, gak berani lagi tuh ngeledek aku. Ngerasa kali dosa dia banyak banget ke aku. Tapi aku yang ngajakin salaman. Baru tau kalo aku ini orang baik kan? Hahaha.


Pasti ada dong hal yang bikin kamu seneng?
  • Ketemu temen lama disaat aku udah resmi jadi Mahasiswa. Btw, tahun lalu aku sering diminta temen-temen buat ngadain reuni tapi aku belum bisa, soalnya aku mau fokus dulu sama pendidikanku. Kalo belum resmi lolos PTN, aku belum plong. Dan reuni ini, do’aku selama ini tercapai. Aku bisa reuni disaat aku udah resmi jadi mahasiswa. Jadinya, aku lebih plong dan gak ada beban.


Siapa orang yang paling berkesan di reuni tahun 2014?
  • Banyak! Thank u so much Markhamah, Singgih, Lili, Alpin, Dewi, Hanif, Amin, Budi & Erna.



Terima kasih yaaa temen-temen semua.. Akhirnya kita bisa ketemu lagi. Mudah-mudahan masih ada reuni-reuni tahun berikutnya lagi. Tapi, please jangan bikin aku bête. Acara ini ada untuk kalian. Bye! Xoxo.






Buscar

 

Labels

About

Ma Petit Histoire Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger